Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candrane Perangan Awak

Kompas.com - 18/04/2024, 06:00 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Istilah "tembung candrane" atau "panyandra perangane awak" digunakan untuk menggambarkan tubuh manusia. 

Tembung ini biasanya menggunakan bentuk obyek atau sesuatu lainnya saat menggambarkannya.

Tembung panyandra sebenarnya dapat menggambarkan perilaku atau kondisi alam serta fisik manusia.

Mari, Kita simak lebih lengkap mengenai tembung candrane perangan awak!

Ciri-ciri tembung panyandra

Panyandra memiliki beberapa karakteristik berikut: 

  • Dalam sastra Jawa tradisional, "panyandra" berarti "ibarat" untuk menggambarkan bagian tubuh, keadaan alam, atau keadaan hewan. Misalnya, bagian tubuh seperti rambut, hidung, pipi, dan mata. 
  • Membuat perbandingan. Dengan kata lain, ada dua obyek yang disebut sebagai pembanding dan yang dibandingkan. 
  • Menggambar dengan menggunakan dengan melebih-lebihkan artinya. 

Baca juga: Ayahane Tembung Bahasa Jawa

Fungsi panyandra

Kata kata indah "panyandra" digunakan untuk menggambarkan lingkungan yang diceritakan atau dihadapi. 

Dengan menggunakan kesustraan Jawa yang tinggi, kata-kata ini disampaikan kepada semua yang mendengar dan melihat dengan tujuan menggambarkan keindahan, kecantikan, dan keadaan alam.

Perumpamaan bahasa yang digunakan untuk sesuatu yang benar-benar asli jauh lebih indah daripada yang sedang terjadi. 

Sementara itu, panyandra manten atau panyandra temanten sangat penting dalam upacara pengantin Jawa. 

Kehidupan dan kematian acara pengantin adat Jawa ditentukan oleh bagaimana penata acara mengolah kata selama acara. Dengan kata lain, menggunakan tembung panyandra

Macam-macam tembung panyandra

Berdasarkan obyek yang digambarkan, jenis panyandra terdiri dari beberapa macam, di antaranya:

Candrane awak (Menggambarkan tubuh manusia)

Pada macam panyandra ini, bagian tubuh manusia dijadikan obyek secara khusus.

Misalnya membuat panyandra tentang bagian tubuh pipi, kulit, hidung, rambut, gigi, tangan dan kaki. Contoh:

  1. Drijine mucuk eri.
  2. Payudarane nyengkir gadhing.
  3. Godheke ngudhup turi.
  4. Lengene nggendhewa pinenthang.
  5. Dedege pideksa (ngringin sungsang).

Baca juga: Tembung Padha Tegese Bahasa Jawa

Candrane solah bawa (Menggambarkan tingkah laku)

Jenis panyandra ini adalah perbandingan tingkah laku seseorang dengan obyek pembanding. Contoh:

  1. Tandange cukat trengginas kaya jangkrik mambu kili.
  2. Sumbare kaya bisa mutungake wesi gligen.
  3. Bungahe kaya ketiban daru.
  4. Lampahe mendheg-mendheg kaya sato manggih krama.
  5. Polahe wong kaya gabah den interi.

Candrane wong nesu (Menggambarkan orang yang sedang marah)

Dalam bahasa Jawa, seseorang yang sedang marah di umpamakan dengan sesuatu menggunakan panyandra.

Jadi, dalam bahasa Jawa ada istilah-istilah tertentu yang digunakan sebagai perumpaan orang yang sedang marah. Contoh:

  1. Kumedhot padoning lathi.
  2. Waja gathik.
  3. Idep mangada-ada.
  4. Imba tepung lir kupu tarung.
  5. Netra andik angatirah.

Candrane wong nginum (Menggambarkan orang minum)

Ternyata pada bahasa Jawa, bukan hanya ada ada perumpamaan untuk orang marah saja.

Namun, juga ada perumpamaan untuk orang yang minum juga menggunakan tembung panyandra. Contoh:

  1. Eka padma sari.
  2. Dwi amartani.
  3. Tri kawula busana.
  4. Catur wanara rukem.
  5. Panca sura panggah

Baca juga: Tembung Wilangan Saperangan Bahasa Jawa

Candrane mangsa (Menggambarkan kondisi musim)

Pada bahasa Jawa, kondisi musim juga ada perumpamaannya. Contoh:

  1. Rasa mulya kasucen = candrane mangsa kanem. Tegese: ungsum who – wohan mirasa
  2. Wisa kentar ing maruta = candrane mangsa kapitu. Tegese: akeh lelara
  3. Ajrah jroning kayun = candrane mangsa kawolu. Tegese: mangsane kucing gandhik
  4. Wedharing wacana mulya = candrane mangsa kasongo. Tegese: mangsane gareng muni, gangsir ngenthir
  5. Gedhong minep jroning kalbu = candrane mangsa sepuluh. Tegese: akeh kewan meteng, manuk ngendhok

 

Referensi:

  • Drs. Imam Sutardjo, M. (2014). Kawruh Basa saha Kasusastran Jawi. Surakarta: Bukutujju.
  • Raharjo, S. H. (n.d.). Kawruh Basa Jawa Pepak. Semarang: CV. Widya Karya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com