Erosi seringnya terjadi setelah batuan hancur atau berubah melalui pelapukan. Bahan batuan yang sudah lapuk akan berpindah dari situs aslinya dan diangkut oleh agen alami.
Dengan kedua proses tersebut berjalan secara bersamaan, cara terbaik untuk membedakan erosi dari pelapukan adalah dengan mengamati transportasi material.
Sitanala Arsyad
Dalam Konservasi Tanah dan Air (1989), Arsyad menjelaskan erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami.
Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah terkikis dan terangkut kemudian diendapkan di tempat lain.
Baca juga: 199 Desa di Banjarnegara Rawan Longsor
Suripin
Suripin dalam Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air (2002), menerangkan erosi tanah adalah proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup.
Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di tempat lain akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa.
Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian.
Baca juga: Hujan Deras Picu Longsor di Banjarnegara, Akses Jalan Tertutup
Sarwono Hardjowigeno
Dalam Ilmu Tanah (1995), Hardjowigeno menjelaskan erosi adalah suatu proses di mana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, sungai atau gravitasi.
AG Kartasapoetra dan MM Sutedjo
Kartasapoetra dan Sutedjo dalam Teknologi Konservasi Tanah dan Air (2000) menjelaskan erosi adalah proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin.
Desakan ini bisa berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia.