KOMPAS.com - Istilah denotasi dan konotasi banyak digunakan dalam filsafat, linguistik, semiotika dan gaya bahasa untuk menunjukkan sejumlah perbedaan yang beragam terkait makna.
Karl Otto Erdmann, dalam Die Bedeutung des Wortes (1900) menjelaskan ada tiga jenis makna, yaitu:
1. Begriffsinhalt atau Hauptbedeutung yang berarti makna penting atau pusat atau denotasi.
2. Nebensinn yang berarti makna terapan atau makna kontekstual (konotasi).
3. Gefuhlswert atau Stimmungsgehalt yang berarti nada perasaan (feeling-tone).
Sementara George Kingsley Zipf dalam Studies of the Principles of Relative Frequency in Language (1932) menggunakan istilah "makna" untuk sesuatu yang tidak didefinisikan tetapi lebih kurang setara dengan makna esensial, primer, umum atau biasa.
Zipf menggunakan istilah kata denotasi untuk makna primer atau makna tunggal dan kata konotasi untuk makna sekunder atau metafora dalam bentuk jamak.
Baca juga: Anies: Jangan Pernah Gunakan Istilah Autis dalam Konotasi Negatif
Lalu apa pengertian denotasi dan konotasi?
Denotasi adalah makna kata secara harafiah atau makna sebenarnya dari suatu kata.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) telah dijelaskan arti denotasi dan konotasi.
Denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.
Dilansir dari situs Lexico, denotasi adalah arti literal atau primer dari sebuah kata, berbeda dengan perasaan atau ide yang disarankan oleh kata tersebut.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan