Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2024, 09:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan dan profesional kesehatan memantau dengan cermat virus langka yang dikenal sebagai Alaskapox setelah terjadi kasus fatal yang mengakibatkan korban jiwa.

Seorang pria lanjut usia di Semenanjung Kenai, Alaska menjadi orang pertama yang meninggal akibat penyakit tersebut.

Baca juga: WHO Terima Laporan Penyebab Wabah Pneumonia di China, Bukan Virus Baru

Menurut buletin dari Departemen Kesehatan Alaska, pria dengan sistem kekebalan tubuh lemah itu pertama kali mencari pertolongan medis pada pertengahan September 2023 setelah melihat adanya luka merah di bawah lengan kanannya.

Selama enam minggu berikutnya, ia mengunjungi unit gawat darurat beberapa kali untuk evaluasi klinis lesinya dan diberi resep beberapa antibiotik, namun kondisinya semakin memburuk.

Setelah terus mengalami kelelahan dan rasa sakit yang semakin meningkat di bahunya, ia dirawat di rumah sakit di Anchorage pada tanggal 17 November.

Untuk mengetahui penyakit misterius apa yang menyerang pria itu, usapan lesi kemudian diserahkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Hasilnya, pria itu terinfeksi virus Alaskapox (AKPV).

Sayangnya, pasien pria tersebut kemudian meninggal karena komplikasi infeksi pada akhir Januari 2024.

Apa itu Alaskapox?

Mengutip IFL Science, Alaskapox adalah virus yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2015 pada seorang wanita yang tinggal dekat Fairbanks di Alaska, Amerika Serikat.

Itu bagian dari genus Orthopoxvirus, yang mencakup beberapa spesies virus yang dapat menyebabkan penyakit lain pada manusia seperti cacar, cacar sapi, cacar kuda, cacar unta, dan mpox.

Baca juga: Studi Catat Mpox Mulai Menular Antar-Manusia Sejak 2016

Gejala khas Alaskapox yang muncul di antaranya lesi kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, dan nyeri sendi atau otot.

Otoritas Alaska menambahkan bahwa orang yang terkena infeksi salah mengira lesi kulit sebagai gigitan serangga.

Saat ini, belum ada bukti bahwa virus Alaskapox dapat menular dari orang ke orang.

Virus Alaskapox terutama terjadi pada mamalia kecil. Meskipun otoritas kesehatan tidak sepenuhnya yakin bagaimana virus ini menyebar dari hewan ke manusia, terbukti bahwa banyak orang yang mengidap penyakit ini melakukan kontak dengan mamalia kecil atau lingkungan alami tempat tinggal hewan liar.

Penelitian yang dilakukan oleh CDC menunjukkan bahwa AKPV terdapat pada setidaknya empat spesies mamalia kecil berbeda yang hidup di negara bagian Alaska, termasuk tikus dan tikus punggung merah.

Pada kasus pria yang terinfeksi Alaskapox, sebelum kematiannya, ia mengabarkan merawat seekor kucing liar di rumahnya yang rutin berburu memalia kecil.

Dia juga mengatakan kucing itu sering mencakarnya, termasuk satu cakaran di dekat bahu kanannya sebulan sebelum ruamnya muncul.

Sementara itu melansir Science Alert, virus ini biasanya hilang setelah beberapa minggu tetapi bisa lebih berbahaya bagi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Pejabat kesehatan setempat pun menyimpulkan bahwa Alaskapox tersebar lebih luas secara geografis dibandingkan perkiraan sebelumnya dan diperlukan lebih banyak kesadaran akan risikonya, terutama bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Baca juga: Apa Virus Pertama yang Ditemukan Ilmuwan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com