Kombinasi teknik vitrifikasi dan maturasi in vitro masih dapat menurunkan kompetensi oosit seperti menyebabkan perubahan angka maturasi dan ekspresi protein, perubahan ultrastruktur oosit, perubahan ekspresi gen, dan perubahan deoxyribonucleat acid (DNA).
Penurunan tingkat maturasi oosit setelah vitrifikasi adalah adanya peningkatan reactive oxygen species (ROS) intraseluler oosit yang berhubungan dengan gangguan fungsi mitokondria.
Baca juga: Paling Langka di Dunia, Bayi Kembar dari 1 Sel Telur dan 2 Sperma
Keseimbangan kandungan reactive oxygen species (ROS) sangat penting untuk menjaga pertumbuhan oosit, namun produksi reactive oxygen species (ROS) yang berlebihan menyebabkan stres oksidatif yang mempengaruhi kualitas oosit.
Perubahan temperatur selama vitrifikasi pada zona kritis saat pendinginan dapat berdampak pada ketidakteraturan mikrotubulus yang berperan penting untuk pemisahan, pengaturan, dan pergerakan kromosom.
Teknologi vitrifikasi oosit yang dikombinasikan dengan maturasi in vitro memperlihatkan kompleksitas perubahan sinyal transduksi yang mempengaruhi kompetensi oosit.
Optimalisasi pencapaian tingkat kualitas maturasi oosit setelah vitrifikasi yang dikombinasikan maturasi in vitro perlu ditingkatkan melalui penambahan suplemen atau relaksan, atau penambahan berbagai variasi antioksidan yang dapat menjadi strategi dalam melindungi oosit dari stres oksidatif.
Strategi tepat dan efektif diperlukan selama kriopreservasi oosit untuk menghilangkan efek toksik krioprotektan, menghindari pembentukan kristal es, dan menghindari terjadinya stres osmotik.
Keberhasilan teknologi kriopreservasi metode vitrifikasi yang dikombinasikan maturasi in vitro telah memberikan banyak manfaat bagi penerapan di bidang teknologi reproduksi berbantu.
Optimalisasi penggunaan medium vitrifikasi yang dikombinasikan dengan efektivitas prosedur maturasi in vitro dalam laboratorium sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas oosit.
Dr. A. A. Muhammad Nur Kasman, S.Si, M.Kes
Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan