Lebih mengkhawatirkan lagi, peneliti menemukan bukti bahwa Aeromonas dapat berkontribusi pada peningkatan resistensi antibiotik.
Bakteri ini dapat mentransfer gen resistensi antibiotik kepada bakteri lain melalui pertukaran materi genetik di lingkungan laut.
Selain itu, risiko resistensi antibiotik juga harus diwaspadai karena bakteri Aeromonas dapat berperan dalam penyebaran gen resistensi antibiotik ke dalam lingkungan yang sama.
Dilansir dari CPD Online College, Rabu (4/10/2023), semakin tinggi ikan berada dalam rantai makanan, semakin banyak kontaminan yang dapat berkonsentrasi dalam dagingnya.
Misalnya, ikan predator besar seperti tuna dan ikan todak yang sering digunakan dalam sushi dan sashimi dapat mengandung tingkat merkuri yang tinggi. Merkuri adalah kontaminan yang dapat menyebabkan masalah seperti masalah memori, kelemahan otot, dan mati rasa.
Baca juga: Apakah Ikan Arapaima Bisa Dimakan?
Selain merkuri, mikroplastik juga menjadi masalah. Partikel-partikel plastik yang hampir tidak terlihat ini tersebar luas di laut.
Ikan laut, termasuk yang dikonsumsi manusia, dapat menelan mikroplastik. Ini berisiko terutama bagi spesies yang lebih tinggi dalam rantai makanan, termasuk manusia.
Makanan laut mentah juga dapat membawa risiko patogen seperti virus, bakteri, dan parasit. Beberapa contoh termasuk Listeria, salmonella, dan cacing pita.
Salah satu penyakit umum yang terkait dengan konsumsi sushi adalah anisakiasis, yang disebabkan oleh makan ikan yang terinfeksi cacing parasit. Gejalanya meliputi sakit perut, mual, muntah, dan diare.
Jadi, ketika ingin menikmati sushi, penting untuk memastikan bahwa ikan yang digunakan adalah bahan berkualitas tinggi dan telah diolah dengan benar.
Selain itu, pastikan untuk mematuhi praktik kebersihan yang baik saat menyiapkan dan menyajikan makanan laut mentah. Dengan berhati-hati, Anda dapat menikmati hidangan makanan laut dengan lebih aman.
Baca juga: Apakah Ikan Pari Punya Gigi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.