KOMPAS.com - Para astronom berhasil menemukan lubang hitam tertua di alam semesta. Lubang hitam itu setidaknya sudah ada sejak alam semesta berusia kurang dari 600 juta tahun.
Astronom juga menemukan bahwa lubang hitam terjauh yang pernah diamati ini berukuran setara dengan sekitar 9 juta massa Matahari.
Dikutip dari Live Science, Selasa (11/7/2023) lubang hitam tersebut dideteksi oleh Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) dan merupakan bagian dari Cosmic Evolution Early Release Science (CEERS) Survey.
Temuan lubang hitam tertua ini menjadi menarik karena menurut Steven Finkelstein, astronom University of Texas di Austin, sampai sekarang penelitian tentang objek di alam semesta awal sebagian besar bersifat teoritis.
Baca juga: Seperti Apa Foto Lubang Hitam Pertama yang Dipertajam Menggunakan AI?
Dengan menggunakan Teleskop James Webb, peneliti pun tidak hanya dapat melihat lubang hitam dan galaksi pada jarak ekstrem tetapi juga mengukurnya secara akurat. Itulah kekuatan luar biasa dari teleskop luar angkasa ini.
Lebih lanjut, lubang hitam tersebut terletak di jantung galaksi bernama CEERS 1019 dan berukuran sekitar 9 juta massa Matahari.
Ukuran itu mungkin terdengar sangat masif, tetapi banyak lubang hitam supermasif dapat tumbuh hingga miliaran kali massa bintang Matahari.
Namun meski dengan ukuran yang relatif kecil, keberadaan lubang hitam dengan massa sebesar itu di awal alam semesta menjadi teka-teki bagi para ilmuwan.
Ini karena proses pertumbuhan lubang hitam supermasif, baik dengan penggabungan antara lubang hitam yang lebih besar secara berturut-turut atau dengan melahap materi di sekitarnya dengan rakus, akan memakan waktu lebih lama dari 570 juta tahun.
Baca juga: Seperti Apa Planet Seukuran Neptunus yang Dihujani Logam?
Para ilmuwan sendiri telah lama menduga bahwa lubang hitam supermasif seperti itu ada di alam semesta awal, tetapi baru sejak JWST menggunakan inframerahnya ke kosmos pada pertengahan 2022, bukti pasti telah muncul.
Emisi cahaya mengungkapkan bahwa lubang hitam secara aktif memakan materi di sekitarnya. Lubang hitam yang memakan materi seperti ini dikelilingi oleh pusaran gas dan debu yang dikenal sebagai piringan akresi.
Pengaruh gravitasi lubang hitam kemudian tidak hanya memanaskan materi tersebut tetapi juga menyebabkan piringan bersinar terang.
Baca juga: Seperti Apa Foto Terbaru Cincin Saturnus yang Ditangkap Teleskop Webb?
Pengamatan lebih lanjut terhadap radiasi intens lubang hitam dapat mengungkapkan seberapa cepat galaksi tempat lubang hitam berada tumbuh.
Selain itu juga mungkin dapat memberikan wawasan tentang masa lalunya yang misterius.
"Penggabungan galaksi bisa jadi ikut bertanggung jawab untuk memicu aktivitas di lubang galaksi tersebut dan itu juga bisa mengarah pada peningkatan pembentukan bintang," tambah Jeyhan Kartaltepe, anggota tim CEERS dan profesor astronomi di Rochester Intitute of Technology di New York.
Temuan lubang hitam tertua di alam semesta ini pun telah dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters.
Baca juga: Seperti Apa Petir Jupiter yang Disebut Mirip Petir di Bumi?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.