Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parasit Disentri Tertua di Dunia Penyebab Diare Ditemukan di Yerusalem

Kompas.com - 29/05/2023, 08:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Parasit penyebab penyakit disentri atau diare yang tertua di dunia ditemukan di toilet kuno. Patogen ini ditemukan saat peneliti melakukan analisis tinja berusia 2.500 tahun yang ditemukan di dua toilet kuno di Yerusalem.

Dalam sebuah studi baru tersebut, arkeolog mengungkapkan bukti tertua di dunia parasit yang menyebabkan disentri atau diare.

Dikutip dari Live Science, Jumat (26/5/2023) parasit mikroskopis bernama Giardia duodenalis dapat menyebabkan disentri, infeksi usus yang menyebabkan diare berdarah. Jika kondisinya parah sering disertai dengan kram perut dan demam.

Penemuan parasit disentri tertua di dunia ini kemudian dipublikasikan 26 Mei di jurnal Parasitology.

Penemuan parasit disentri

Para peneliti menemukan bukti parasit disentri tertua, G. duodenalis di bawah kursi toilet batu yang sebelumnya ditemukan di dua situs besar yang kemungkinan merupakan tempat tinggal elit yang berasal dari abad ketujuh hingga keenam SM.

Baca juga: Lindungi dari Parasit, Lebah Madu Terapkan Social Distancing

Toilet kuno, tempat ditemukannya parasit disentri tersebut berupa balok batu yang memiliki permukaan melengkung untuk duduk, lubang tengah yang besar untuk buang air besar, dan lubang yang lebih kecil yang mungkin untuk buang air kecil.

Karena toilet kuno masih berada di lokasi aslinya, kesempatan unik muncul bagi para spesialis untuk mengidentifikasi mikroorganisme di kotoran yang tertinggal di sana.

Penelitian sebelumnya terhadap kotoran telah mengungkapkan telur dari cacing cambuk, cacing gelang, cacing kremi dan cacing pita, menunjukkan bahwa praktik sanitasi Zaman Besi masih kurang baik.

Sementara telur tersebut kuat dan dapat bertahan selama ribuan tahun, ternyata jauh lebih sulit untuk mendeteksi kista rapuh yang dihasilkan oleh protozoa.

Untuk menyelidikinya, tim peneliti dari University of Cambridge, Tel Aviv University dan Israel Antiquities Authority mencoba mengidentifikasi keberadaan parasit disentri penyebab diare menggunakan teknik yang disebut ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), yang dapat mendeteksi antigen, yakni zat yang memicu respons kekebalan manusia.

Baca juga: Cacing Parasit Ancam Hewan Laut, Mungkinkah Sushi juga Terkontaminasi?

Para peneliti mengambil satu sampel parasit disentri dari lubang pembuangan di House of Ahiel, yang terletak tepat di luar tembok kota Yerusalem, dan tiga sampel dari lubang pembuangan di Armon ha-Natziv, yang terletak sekitar 1,6 Km di selatan kota.

Dengan menggunakan kit ELISA, mereka mendeteksi antigen unik dalam sampel feses.

Bukti tertua parasit disentri

Patogen penyebab diare, G. duodenalis adalah parasit kecil berbentuk buah pir yang menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi kotoran orang atau hewan yang terinfeksi.

Organisme ini menganggu lapisan pelindung usus manusia yang memungkinkannya mendapatkan akses nutrisi di usus.

Kebanyakan orang yang terinfeksi G. duodenalis sembuh dengan cepat tanpa antibiotik.

Namun karena parasit menembus lapisan usus, bakteri dan organisme lain juga dapat masuk, berpotensi membuat seseorang sangat sakit.

Baca juga: Penyakit Malaria: Spesies Parasit, Gejala, dan Pencegahannya

"Kami tidak mengatakan jumlah orang yang terinfeksi berdasarkan sampel sedimen dari jamban komunal. Ada kemungkinan toilet telah digunakan oleh keluarga dan staf. Namun itu hanya kemungkinan karena tidak catatan yang menggambarkan etiket sosial semacam itu," terang Piers Mitchell, penulis utama studi.

Penemuan G. duodenalis di toilet Zaman Besi sendiri menurut peneliti merupakan bukti tertua G. duodenalis yang berhasil diidentifikasi sejauh ini.

Tidak diketahui persis berapa lama G. duodenalis telah menyebabkan disentri pada manusia.

Tetapi teks medis dari Mesopotamia, salah satu masyarakat kompleks paling awal, telah merujuk pada masalah diare sekitar 3.000 hingga 4.000 tahun yang lalu.

Selain itu, karena gejala ini biasa terjadi di lingkungan dengan kepadatan penduduk dan sanitasi pramodern, wabah disentri mungkin umum terjadi di Timur Dekat segera setelah pemukiman permanen dan domestikasi hewan dan tumbuhan terjadi.

"Perlu lebih banyak penelitian yang menerapkan ELISA pada masyarakat awal untuk memahami sepenuhnya dari wilayah mana setiap organisme berasal, dan kapan mereka menyebar ke wilayah baru karena migrasi, perdagangan, dan invasi militer,” tulis para peneliti menyimpulkan dalam studi mereka.

Baca juga: Terinspirasi Covid-19, Spesies Jamur Parasit Baru Diberi Nama Karantina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com