Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Meminimasi Interaksi Negatif Satwa dan Manusia di Ibu Kota Nusantara

Kompas.com - 28/03/2023, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebagian dari pekerja berasal dari luar pulau, kultur dan aspek pemahaman terhadap jenis satwa di daerah asalnya bisa sangat berbeda.

Lebih lanjut, secara praktis pemasangan plang/himbauan terkait keberadaan satwa di sekitar proyek konstruksi dan wilayah IKN lain juga perlu dipertimbangkan.

Terkadang, tindakan sederhana tidak membuang sampah sembarangan dan tidak memberi makan satwa liar justru efektif sebagai langkah mitigasi.

Sebagian masyarakat berfikir memberi makan satwa liar yang ditemui di tepi jalan atau hutan seolah adalah tindakan terpuji dan bentuk sayang binatang. Padahal, itu justru memberi efek negatif terhadap prilaku satwa yang bisa memicu kejadian konflik tidak diinginkan di lain waktu.

Proyek infrastuktur seperti jalan raya perlu mempertimbangkan jalur pergerakan satwa berupa koridor satwa, baik artifisial maupun alami. Dalam tata ruang IKN, sebagian ruang koridor satwa telah dijanjikan dalam perencanaannya.

Terkait itu, pemetaan populasi dan kantung-kantung habitat satwa kunci sangat diperlukan. Selain itu, pengelolaan koridor sebaiknya diintegrasikan pada skala bentang alam.

Menciptakan habitat singgah di antara lanskap perkotaan sebagai batu loncatan (stepping stones) satwa juga dari bagian hal tersebut.

Secara eksisting, saat ini sebagian koridor satwa yang direncanakan dalam tata ruang IKN memiliki vegetasi homogen (Eucalyptus sp).

Baca juga: Ini Alasan Daerah Aliran Sungai Mahakam Kalimantan Timur Perlu Diselamatkan

Oleh sebab itu, penguatan fungsi ekologi koridor habitat perlu ditingkatkan sejak awal dengan pengayaan jenis tanaman sumber pakan satwa, misalnya jenis-jenis ara/beringin (Ficus spp)., jambu-jambuan (Syzygium spp.), manggis hutan (Garcinia spp.), rambai (Baccaurea spp.), famili mendarahan (Myristicaceae), dan lain-lain.

Di saat bersamaan, pemilihan jenis pohon yang tepat di lanskap perkotaan juga bagian dari upaya mitigasi. Lebih-lebih, upaya rehabilitasi dan restorasi hutan di sekitar IKN yang tengah digencarkan pemerintah sudah selayaknya patut diapresiasi.

Mitigasi pada insiden berupa situasi interaksi yang membahayakan baik bagi manusia maupuan satwa liar itu sendiri, mungkin saja penanganannya membutuhkan tim satgas yang dibentuk secara legal.

Tim bisa bertindak sebagai satuan reaksi cepat yang dapat menangani setiap laporan terkait keberadaan satwa yang berpotensi menimbulkan situasi bahaya.

Tim tersebut diharapkan efektif menjalankan tugas dalam hal penanganan satwa di lapangan maupun proses relokasinya jika diperlukan.

Dalam jangka panjang, membangun partisipasi dan edukasi warga IKN dalam skema Citizen Science sangat layak dijalankan.

Konsep ini telah berkembang pesat di berbagai kota maju di dunia dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk berpartisipasi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Apa lagi, IKN adalah kota yang sengaja dirancang sebagai kota cerdas dan futuristik.

Akhirnya, terlepas dari ada atau tidaknya IKN. Konsep berbagi ruang antara manusia dan satwa sejatinya memang harus dijalankan dalam tiap bingkai kehidupan.

Baca juga: 5 Jenis Burung Unik di Pulau Kalimantan

Harmoni dengan alam sudah lama dicontohkan oleh nenek moyang kita melalui berbagai bentuk kearifan lokal. Satwa liar dan manusia adalah sama-sama makhluk Tuhan yang menempati ruang hidup berdampingan tanpa perlu ada konflik kepentingan.

Mukhlisi

Peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Zoologi Terapan - BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com