Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2022, 18:05 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

"Saat pandemi membunuh 30 hingga 50 persen populasi, pasti ada seleksi pada manusia. Itu artinya orang yang rentan terhadap patogen tidak akan bertahan. Namun mereka yang selamat akan mewariskan gen mereka," jelas Hendrik Poinar, ahli genetika dari McMaster University.

Berhubung Wabah Hitam begitu luas dan korban yang meninggal dikubur di kuburan massal, ada banyak tulang untuk dipelajari para peneliti saat ini.

Peneliti fokus pada fase 100 tahun sebelum, selama, dan setelah Wabah Hitam dan memperoleh lebih dari 500 sampel dari individu yang meninggal di London dan Denmark.

Sampel tersebut mewakili tiga kelompok, mereka yang meninggal sebelum wabah, meninggal selama wabah, dan mereka yang selamat dan meninggal beberapa waktu kemudian.

Dengan membandingkan genom individu-individu ini, para peneliti mampu mengidentifikasi empat gen yang terkait dengan wabah Black Death.

Gen-gen itu menghasilkan protein yang membantu melindungi tubuh manusia dari patogen yang menyerang, dan individu dengan satu atau lebih varian gen ini tampaknya lebih mungkin bertahan dari wabah.

Baca juga: Wabah Tertawa Tanzania, Kondisi Apa Itu?

Untuk mengkonfirmasi hasil tersebut, peneliti juga menciptakan kultur sel manusia yang mewakili profil genetik yang berbeda dan menginfeksinya dengan bakteri Yersinia pestis.

Hasilnya menunjukkan bahwa gen yang diidentifikasi sebelumnya dalam penelitian mereka kembali muncul dalam kultur yang paling tahan terhadap bakteri.

Ketika beradab-abad berlalu, wabah menjadi semakin tak mematikan. Namun beberapa varian gen yang diidentifikasi peneliti dalam studi baru ini rupanya dikaitkan dengan peningkatan kerentanan terhadap penyakit autoimun.

Ini memberikan bukti empiris mengenai hubungan antara risiko autoimun dan adaptasi terhadap penyakit menular yang menyebar berabad-abad yang lalu.

"Memahami dinamika yang telah membentuk sistem kekebalan manusia adalah kunci untuk memahami bagaimana pendemi di masa lalu seperti wabah berkontribusi pada kerentanan kita terhadap penyakit di zaman modern," kata Poinar.

Studi tentang bagaimana wabah mematikan Black Death ini turut mengubah evolusi manusia ini telah dipublikasikan di jurnal Nature.

Baca juga: Virus Nipah Wabah Masa Lalu, Ini Fakta Lain Kerabat Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com