Kepala lalat juga mengandung neuron sel anterior (AC) yang merespons panas serta dingin. Selama penelitian, Gallio dan timnya memperhatikan neuron AC yang sensitif terhadap panas adalah bagian dari jaringan lebih luas yang mengontrol tidur.
Ketika sirkuit panas diaktifkan oleh suhu di atas 25 derajat Celcius, sel-sel yang memicu tidur tengah hari bertahan lebih lama.
Hal ini menyebabkan tidur siang lebih lama, seakan membuat lalat menghindari gerakan selama bagian hari yang paling panas.
Namun di sisi lain, penulis dan profesor ilmu saraf dan psikologi di University of California, Berkeley Matthew Walker, Ph.D., yang tidak terlibat dalam penelitian pernah mengatakan, suhu sama kuatnya dengan pemicu pengaturan dan kedalaman tidur, seperti halnya cahaya.
Agar seseorang tertidur dan tetap tertidur, tubuh perlu menurunkan suhu intinya sekitar 1 derajat Celcius.
Itulah alasan, mengapa Anda akan selalu merasa lebih mudah untuk tertidur di ruangan yang dingin daripada terlalu panas.
Sebab, ruangan yang terlalu dingin setidaknya membawa tubuh ke arah termal yang tepat untuk tidur nyenyak.
Walker menyampaikan, bahwa suku pemburu-pengumpul biasanya tidak beristirahat pada malam hari segera setelah matahari terbenam. Suku tersebut baru pergi tidur beberapa jam kemudian, ketika suhu lingkungan turun.
"Bukan cahaya yang tampaknya menjadi pemicu bangun tidur. Ini sebenarnya (disebabkan) kenaikan suhu, dan itu adalah ritme sirkadian. Jadi, apa yang membuat kita mengikuti ritme tidur alami kita adalah suhu dan cahaya,” ungkapnya.
Baca juga: 4 Cara Mencegah Heat Stroke Saat Olahraga di Tengah Cuaca Panas
Sementara itu, Gallio menggarisbawahi studinya bertujuan untuk menemukan prinsip dasar yang mendorong mengapa kita tidur dan bagaimana suhu memengaruhi perilaku.
“Kami tidak tahu banyak tentang prinsip-prinsip ini, tetapi kami harus menghabiskan (banyak) uang untuk (mempelajari) prinsip-prinsip itu, sebelum kami mencoba (fokus pada) sisi terapan (penelitian),” ucap dia.
Michael Alpert, penulis pertama dan peneliti pasca-doktoral menambahkan, timnya telah mengidentifikasi satu neuron yang menjadi tempat integrasi efek suhu panas serta dingin pada tidur dan aktivitas di Drosophila.
"Ini akan menjadi awal dari studi lanjutan yang menarik," terang Alpert.
Gallio pun berharap studi tersebut dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dan pada akhirnya menuju pada analisis terhadap manusia.
Misalnya, studi ini membuka pintu untuk menentukan sirkuit sensorik khusus dalam wilayah otak terkait dengan tidur pada manusia.
Dia dan timnya juga ingin mempertimbangkan penelitian mengenai dampak perubahan iklim, terhadap perilaku dan fisiologi.
Baca juga: Cuaca Panas Berisiko Tingkatkan Kanker Kulit, Ini Kata Dokter
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.