Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Hewan Purba Seukuran Babi Mati karena Kekeringan

Kompas.com - 01/09/2022, 12:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sekitar 251 juta tahun yang lalu, kelompok herbivora seukuran babi dengan gading dan paruh mati. Mereka kemudian memfosil dan meninggalkan jejak kulit di bebatuan sekitar mereka.

Lapisan fosil yang ditinggalkan mahluk itu ternyata bukan hanya berhasil mengungkap keberadaan mereka, melainkan juga menunjukkan bahwa kekeringan yang memicu kematian hewan tersebut.

Dikutip dari Live Science, Rabu (31/8/2022), hewan dengan bentuk aneh itu merupakan anggota genus Lystrosaurus yang berarti kadal sekop dalam bahasa Yunani kuno.

Baca juga: Hewan Apa yang Dapat Bertahan Terhadap Perubahan Iklim?

Lystrosaurus adalah penyintas langka dari kepunahan massal Permian-Triassic, periode perubahan iklim yang tak terkendali 252 juta tahun lalu, yang menewaskan sekitar 70 persen vertebrata darat dan 96 persen hewan laut.

Namun, meski selamat dari peristiwa tersebut, bukan berarti semua masalah selesai.

Fosil yang baru dianalisis menunjukkan bahwa Lystrosaurus memang masih hidup, tetapi tak berkembang.

Perubahan iklim yang membunuh begitu banyak kehidupan di Bumi kemungkinan juga menyebabkan kekeringan parah di superbenua Pangea, yang dapat menyebabkan kematian kelompok hewan itu.

"Seperti yang kita amati hari ini, pemanasan meningkatkan kemungkinan kejadian ekstrem. Itu mungkin yang terjadi pula di Trias paling awal bahwa ada peristiwa kekeringan berulang yang terjadi lebih sering," ungkap Pia Viglietti, peneliti dari Field Museum of Natural History di Chicago.

Penemuan fosil Lystrosaurus

Peneliti pertama kali menemukan fosil Lystrosaurus 11 tahun lalu di gurun Karoo wilayah Afrika Selatan. Selama penggalian, mereka menemukan beberapa kelompok Lystrosaurus.

Makhluk aneh itu tak seperti binatang yang hidup di Bumi saat ini. Mereka adalah bagian dari kelompok yang disebut therapsid, ordo reptil yang punah yang mencakup nenek moyang mamalia.

"Mereka bentuknya agak menyerupai bulldog dengan paruh dan gading," kata Viglietti.

Baca juga: Studi Sebut Perubahan Iklim Bikin Hutan Jadi Lebih Rapuh

Paruh itu mungkin digunakan untuk mengunyah tumbuhan yang keras. Mereka tampaknya telah mengalami ledakan populasi sebelum dan selama akhir Permian sekitar 252 juta tahun lalu.

Akan tetapi, mereka tak menjalani kehidupan terbaik mereka. Fosil Lystrosaurus yang ditemukan berasal dari Trias paling awal menunjukkan sebagian besar Lystrosaurus yang mati remaja yang memang cenderung lebih rentan terhadap bencana seperti kekeringan.

Temuan fosil juga mengungkap bagaimana perilaku Lystrosaurus. Mereka sedari muda telah mengelompok bersama di dataran di mana bisa menemukan air dan tumbuh-tumbuhan.

Selain itu, peneliti menyebutkan, Lystrosaurus telah mengering dan menjadi fosil lebih cepat setelah kematian.

Lebih lanjut, penemuan populasi Lystrosaurus yang berjuang di bawah tekanan kekeringan telah memberikan wawasan tentang bagaimana Bumi dapat bereaksi terhadap krisis iklim saat ini, sekaligus menunjukkan bahwa Bumi tidak pulih dengan cepat saat menghadapi kekacauan iklim di akhir Permian.

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, dan Palaeoecology.

Baca juga: Perubahan Iklim Perburuk Penyebaran Penyakit Menular pada Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com