Di dalam budaya Indonesia, kata dia, Suku Bugis di Sulawesi Selatan mengenal lima gender.
Gender tersebut antara lain orawane (laki-laki), makkunrai (perempuan), calalai (perempuan yang berpenampilan sangat maskulin), calabai (laki-laki yang feminin), dan bissu (perpaduan semua gender).
"Di Bugis saja budaya mereka mengenal lima kategori gender, bukan hanya laki-laki dan perempuan. Nah itu bisa dibilang calalai, calabai sebenarnya non-binary juga, kalau kita mau menggunakan istilah yang digunakan oleh si mahasiswa," tuturnya.
Lebih lanjut, Irwan mengungkapkan jenis kelamin, gender, orientasi seksual, ekspresi gender tidak bisa lepas dari konteks globalisasi.
Masuknya istilah-istilah asing seperti non-binary, lesbian, transgender, gay, atau biseksual juga dinilai sebagai pengaruh dari globalisasi.
Melihat adanya budaya Suku Bugis yang memiliki lima gender, Irwan berkata bahwa
sebelum pengaruh globalisasi maupun kolonialisme, keberagaman gender termasuk gender netral memang sudah dikenal.
"Tapi fenomena itu sebenarnya bukan hal yang baru. Kayak waria atau transgender itu kan udah ratusan tahun ada di Indonesia, setiap daerah mungkin punya istilahnya sendiri untuk menyebut waria," papar Irwan.
Dengan demikian kondisi itu menunjukkan, fenomena keragaman ini telah lama ada di Indonesia, hanya saja istilahnya kemungkinan mengikuti zaman. Sehingga, penggunaan istilah yang berbasis bahasa Inggris menjadi lebih populer.
"Jadi menurut saya, fenomena keragaman gender sebenarnya udah ada dari lama, hanya sekarang karena konteks globalisasi sehingga sering digunakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris," pungkasnya.
Baca juga: Video Viral Sopir di Kalteng Tewas Disengat Tawon, Ketahui Perbedaan Tawon dan Lebah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.