Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersiap ke Bulan, NASA Umumkan Tempat Pendaratan Misi Artemis

Kompas.com - 22/08/2022, 11:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) tengah mempersiapkan mengirim manusia ke permukaan Bulan untuk pertama kalinya setelah lebih dari 50 tahun.

Namun sebelum benar-benar menginjakkan kaki di sana, pertama-tama NASA perlu memutuskan di mana misi yang diberi nama Artemis 3 ini akan mendarat di Bulan.

Pekan lalu, NASA pun akhirnya mengumumkan 13 kandidat daerah pendaratan di permukaan Bulan. Kandidat daerah tersebut berada di dekat kutub selatan Bulan.

Baca juga: Persiapan Misi Artemis, NASA Bikin Ransel Antinyasar di Bulan

Dikutip dari Gizmodo, Minggu (21/8/2022) setiap wilayah berukuran 15x15 kilometer dan masing-masing berisi beberapa lokasi pendaratan dengan radius sekitar 100 meter.

"Sebuah wilayah dapat dianggap sebagai serangkaian tempat pendaratan. Sementara situs merupakan tempat parkir tunggal untuk pendarat," kata Jacob Bleacher, kepala ilmuwan eksplorasi NASA.

Untuk mendapatkan ke-13 kandidat ini, NASA mengumpulkan data menggunakan Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) yang diluncurkan pada 2009 dan hingga kini masih mengorbit Bulan.

LRO yang telah memetakan wilayah kutub Bulan dan pengorbit, sangat penting dalam membantu NASA mencari tahu di mana dapat mendarat selama misi Bulan di masa depan.

Area kutub selatan Bulan sendiri dipilih karena ada kemungkinan mengandung es. Air di Bulan dianggap sebagai keuntungan besar untuk eksplorasi luar angkasa di masa depan, dan dapat menyediakan astronot, sumber daya lokal berharga untuk mendukung berkelanjutan di permukaan Bulan.

Namun meski sementara, kutub selatan memang memiliki keunggulan tertentu, NASA juga punya banyak masalah teknis yang perlu dipertimbangkan saat memutuskan di mana akan mendarat.

Pasalnya kutub selatan memiliki daerah yang secara permanen diselimuti kegelapan dan daerah lain yang terus menerus disinari Matahari.

"Menemukan lokasi dengan jumlah cahaya yang lebih besar dari rata-rata memungkinkan kami merancang sistem yang memanfaatkan cahaya untuk energi dan kontrol termal," kata Bleacher.

"Demikian pula, lokasi bayangan permanen yang unik di kutub memberikan peluang bagi air dan unsur volatil lainnya yang terperangkap di sana," tambahnya.

Baca juga: Misi Artemis ke Bulan, NASA dan ESA Akan Kirim Astronot Eropa Pertama

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com