Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantu Ahli Deteksi Potensi Penyakit di Masa Depan, Menkes Budi Luncurkan BGSi

Kompas.com - 15/08/2022, 20:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meneteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, resmi meluncurkan Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) untuk mendeteksi penyakit di masa depan.

Peluncuran itu, dilakukan pada Minggu 14 Agustus 2022 kemarin di Gedung Eijkman Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo.

Ia menjelaskan bahwa BGSi mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia, maupun patogen seperti virus dan bakteri. Metode ini biasa disebut sebagai Whole Genome Sequencing (WGS).

Baca juga: Apa Itu Whole Genome Sequencing dan Aplikasinya untuk Covid-19

“Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi genome sequencing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal,” papar Budi dilansir dari laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Minggu (14/8/2022).

BGSi sendiri merupakan program inisiatif nasional pertama, yang berfungsi untuk mengembangkan pengobatan lebih tepat bagi masyarakat.

Menkes Budi berkata, pengembangan WGS sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas bio surveillance. Selain itu juga pada layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen, serta memperbaiki sistem pengobatan.

Untuk diketahui, genome sequencing adalah metode yang digunakan untuk mengurutkan genom yang berada di organisme termasuk bakteri, virus, dan manusia.

Metode genome sequencing banyak digunakan sebagai penelitian di bidang genetik dan biologi molekuler, salah satunya di bidang medis untuk memahami berbagai penyakit.

Sebelumnya, metode WGS telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia.

Deteksi berbagai jenis penyakit

Melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama.

Beberapa penyakit tersebut yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, hingga penuaan.

“Bagusnya kita tahu secara pasti diagnosis dan perawatannya. Contohnya sakit batuk, walaupun gejalanya sama namun di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda," ungkap Menkes Budi.

"Dengan adanya BGSi ini, kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati," sambung dia.

Baca juga: 7 Tanda Aneh yang Dapat Prediksi Penyakit di Masa Depan

 

Ilustrasi whole genome sequencingfreepik Ilustrasi whole genome sequencing

Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal, antara lain RSUPN Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono, Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianto Saroso, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Rumah Sakit Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga Rumah Sakit Prof I.G.N.G. Ngoerah.

Kemenkes menyebut, sejauh ini baru ada 12 mesin Whole Genome Sequencing yang tersedia di Indonesia.

Maka, untuk mendukung berjalannya BGSi pihaknya menambah 48 mesin yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional yang terlibat dalam BGSi, dan dilengkapi dengan mesin-mesin sequencing high throughput guna memproses ratusan sampel genom manusia per pekan.

Baca juga: Genom Bantu Ilmuwan Ungkap Mutasi Penyakit, Ini Fungsinya dalam Penanganan Pandemi

Adapun Kemenkes menargetkan 10 ribu genome sequences manusia yang terkumpul dan diteliti, guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk Indonesia yang memiliki penyakit prioritas yang telah ditentukan sebelumnya, dalam dua tahun ke depan.

“Mudah-mudahan melalui inisiatif yang futuristik ini akan mempercepat indeks pembangunan manusia kita,” terang Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendi dalam kesempatan yang sama.

Kemenkes menyampaikan, pengembangan BGSi juga tidak lepas dari peran dan dukungan para donatur, seperti The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures, serta melibatkan kolaborator yang terdiri dari Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan yang turut hadir dalam peluncuran BGSi turut mendorong agar inisiatif baik ini, terus ditingkatkan dan diperluas melalui kerja sama dengan investor teknologi dari negara lain.

“Ini merupakan hasil kunjungan kita ke Tiongkok 7 bulan lalu, hasil kerja sama dengan Beijing Genomic Institute, dan hari ini sudah mulai kita implementasikan di Indonesia," kata Luhut.

"Kerja sama itupun kita kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 maupun Amerika Serikat dengan US Davis University,” imbuhnya.

Baca juga: Sekuensing Genom Corona SARS-CoV-2, Ini Manfaatnya bagi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com