KOMPAS.com - Meneteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, resmi meluncurkan Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) untuk mendeteksi penyakit di masa depan.
Peluncuran itu, dilakukan pada Minggu 14 Agustus 2022 kemarin di Gedung Eijkman Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo.
Ia menjelaskan bahwa BGSi mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia, maupun patogen seperti virus dan bakteri. Metode ini biasa disebut sebagai Whole Genome Sequencing (WGS).
Baca juga: Apa Itu Whole Genome Sequencing dan Aplikasinya untuk Covid-19
“Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi genome sequencing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal,” papar Budi dilansir dari laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Minggu (14/8/2022).
BGSi sendiri merupakan program inisiatif nasional pertama, yang berfungsi untuk mengembangkan pengobatan lebih tepat bagi masyarakat.
Menkes Budi berkata, pengembangan WGS sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas bio surveillance. Selain itu juga pada layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen, serta memperbaiki sistem pengobatan.
Untuk diketahui, genome sequencing adalah metode yang digunakan untuk mengurutkan genom yang berada di organisme termasuk bakteri, virus, dan manusia.
Metode genome sequencing banyak digunakan sebagai penelitian di bidang genetik dan biologi molekuler, salah satunya di bidang medis untuk memahami berbagai penyakit.
Sebelumnya, metode WGS telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia.
Melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama.
Beberapa penyakit tersebut yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, hingga penuaan.
“Bagusnya kita tahu secara pasti diagnosis dan perawatannya. Contohnya sakit batuk, walaupun gejalanya sama namun di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda," ungkap Menkes Budi.
"Dengan adanya BGSi ini, kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati," sambung dia.
Baca juga: 7 Tanda Aneh yang Dapat Prediksi Penyakit di Masa Depan