Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berevolusi Jadi Lebih Kecil, Bikin Anjing Siberia Kuno Bergantung dengan Manusia

Kompas.com - 26/07/2022, 19:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sekitar 7400 tahun yang lalu, anjing Siberia berevolusi menjadi jauh lebih kecil dari serigala.

Evolusi bentuk tubuh mereka itu rupanya punya konsekuensi tersendiri, karena akhirnya membuat hewan berbulu itu menjadi bergantung pada manusia untuk mendapatkan makanan, termasuk di antaranya mamalia laut dan ikan yang terperangkap di bawah es.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah studi baru yang kemudian dipublikasikan di Science Advances.

Baca juga: Nenek Moyang Anjing Berasal dari 2 Jenis Serigala Purba

Robert Losey dari University of Alberta yang memimpin penelitian pun kemudian mengatakan, temuan membantu menjelaskan mengenai pertumbuhan populasi anjing awal, karena manusia mulai menempatkan mereka untuk berburu, menggembala, dan menarik kereta.

"Perubahan jangka panjang dalam pola makan anjing benar-benar disederhanakan," kata Losey kepada AFP.

Dikutip dari Phys, Senin (25/7/2022) penelitian sebelumnya berfokus pada dua gagasan utama untuk menjelaskan bagaimana anjing bertransisi dari serigala yang dimulai sekitar 40.000 tahun yang lalu.

Pertama adalah serigala ramah mendekati kamp manusia selama Zaman Es untuk mengais daging. 

Itu akhirnya membuatnya menjadi terisolasi dengan kawanan mereka yang liar. Sehingga, serigala ramah itu kemudian sengaja dibiakkan menjadi anjing.

Sementara yang kedua adalah bahwa beberapa anjing mengembangkan kapasitas yang lebih baik untuk mencerna pati setelah revolusi pertanian.

Itulah sebabnya beberapa ras anjing modern lalu memiliki lebih banyak salinan gen AMY2B yang menciptakan amilase pankreas.

Namun, untuk mempelajari pola makan anjing purba secara lebih mendalam, peneliti pun lantas menganalisis sisa-sisa kerangka 200 anjing purba yang berasal dari 11.000 tahun terakhir serta sejumlah serigala purba yang serupa.

Peneliti kemudian menganalisis tulang, mengambil sampel kolagen, serta menganalisis protein di laboratorium.

Berdasarkan sisa-sisa tersebut tim membuat perkiraan statistik untuk ukuran tubuh. Mereka juga menggunakan teknik yang disebut analisis isotop stabil untuk menghasilkan perkiraan diet.

Baca juga: Ilmuwan Jepang Temukan Gen yang Membuat Anjing Jadi Sahabat Manusia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com