Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bintik Matahari Raksasa Mengarah Tepat ke Bumi, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 24/06/2022, 20:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bintik matahari raksasa yang ukurannya membengkak menjadi 2,5 kali ukuran Bumi hanya dalam 24 jam, kini mengarah tepat ke planet kita.

Menurut Spaceweather.com, bintik matahari yang disebut AR3038 itu tumbuh dengan cepat dari Minggu (19 Juni) hingga Senin malam (20 Juni), membuatnya kini memiliki diameter 31.900 kilometer.

Dikutip dari Science Alert, Jumat (24/6/2022) bintik matahari adalah bercak gelap di permukaan matahari, di mana medan magnet yang kuat diciptakan oleh aliran muatan listrik dari plasma matahari.

Pelepasan energi yang dihasilkan kemudian meluncurkan semburan radiasi yang disebut dengan suar matahari (solar flare) dan menghasilkan pancaran bahan matahari yang disebut coronal mass ejections (CMEs).

"Bintik matahari yang tumbuh cepat itu berukuran dua kali lipat hanya dalam 24 jam. AR3038 juga memiliki medan magnet beta-gamma yang tak stabil yang menyimpan energi untuk semburan matahari kelas M dan langsung menghadap Bumi," tulis Spaceweather.com, situs yang membahas tentang suar matahari, badai geomagnetik, dan peristiwa cuaca kosmik lainnya.

Baca juga: Kenapa Matahari Terbit dari Timur dan Tenggelam di Barat?

Meskipun pertumbuhannya sangat cepat, bintik matahari raksasa tak seseram yang terlihat.

Suar yang tercipta kemungkinan akan menghasilkan suar matahari kelas M. Umumnya itu, menurut Badan Antariksa Eropa, akan menyebabkan pemadaman radio yang memengaruhi wilayah kutub Bumi dan juga badai radiasi kecil.

Proses tersebut terjadi ketika suar matahari menghantam atmosfer bagian atas Bumi, sinar-X dan radiasi ultraviolet mengionisasi atom, sehingga tak mungkin memantulkan gelombang radio frekuensi tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan pemadaman radio.

Pemadaman radio terjadi di area di Bumi yang diterangi oleh matahari saat suar sedang berlangsung. Pemadaman tersebut diklasifikasikan dari R1 hingga R5 menurut tingkat keparahannya.

Dalam laporan sebelumnya, pada bulan April dan Mei dua suar matahari menyebabkan pemadaman tingkat R3 di atas Samudera Atlantik, Australia, dan Asia.

Saat suar matahari bergerak dengan kecepatan cahaya, suar hanya membutuhkan waktu 8 menit untuk mencapai Bumi, dari jarak rata-rata sekitar 150 juta kilometer.

Sementara itu, jika bintik matahari yang menghadap ke Bumi terbentuk di dekat ekuator Matahari, biasanya dibutuhkan waktu kurang dari dua minggu untuk melintasi matahari hingga tak lagi menghadap Bumi.

Saat ini, AR3038 terletak sedikit di utara khatulistiwa Matahari dan lebih dari setengahnya, sehingga Bumi akan tetap berada di garis bidiknya selama beberapa hari lagi.

Suar kelas M adalah jenis suar mahatari yang paling umum, meski terkadang matahari juga melepaskan suar kelas X yang sangat besar (kategori terkuat) dengan potensi menyebabkan pemadaman berfrekuensi tinggi di sisi Bumi yang terkena suar. Namun ini jarang terjadi.

Selain itu bintik mahatari juga bisa menyemburkan bahan matahari. Di planet yang memiliki medan magnet kuat seperti Bumi, rentetan puing-puing matahari dari CME diserap oleh medan magnet kita, memicu badai geomagnetik yang kuat.

Jika puing matahari dari CME berinteraksi dengan medan magnet Bumi maka dapat menciptakan cahaya berwarna-warni di atmosfer yang dikenal sebagai aurora.

Baca juga: Ledakan Bintik Matahari Mati Picu Munculnya Aurora, Ahli Jelaskan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com