Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Dampak Fenomena Langka Bulan Baru Mikro Diapit 2 Supermoon

Kompas.com - 11/06/2022, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena langka bulan baru mikro (micro new moon) yang akan diapit oleh dua kali supermoon akan terjadi pada periode Juni-Juli 2022.

Peneliti di Pusat Riset dan Antariksa LAPAN Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin, mengatakan, mulai tanggal 14 Juni hingga 14 Juli mendatang, akan ada dua kali supermoon yang berdekatan terjadinya dengan bulan baru mikro.

“Purnama super (supermoon) dan bulan baru mikro (micro new moon) yang terjadi di bulan Juni-Juli itu terjadinya sembilan tahun sekali,” kata Andi kepada Kompas.com, Kamis (9/6/2022).

Supermoon pertama dalam periode Juni-Juli 2022 ini akan hadir pada tanggal 14 Juni 2022 mendatang. Supermoon bulan Juni ini disebut juga dengan purnama stroberi super (full strawberry supermoon).

Sementara, supermoon berikutnya akan terjadi pada 14 Juli 2022 yang disebut dengan purnama rusa super (full back moon).

Baca juga: Fenomena Langit Juni 2022: Solstis, Hilal, hingga Supermoon

Secara sederhananya, fenomena yang akan terjadi yakni supermoon bertepatan dengan bulan purnama stroberi (14 Juni 2022), bulan baru mikro bertepatan dengan bulan baru stroberi (29 Juni 2022), yang kemudian diakhiri dengan fenomena supermoon bertepatan dengan bulan purnama rusa (14 Juli 2022).

“Bahkan (istimewanya lagi) bulan baru mikro kali ini diapit oleh dua bulan purnama super (supermoon) yang terjadi pada dua bulan berturut-turut,” kata dia.

Dampak bulan baru mikro diapit dua kali supermoon

Andi menjelaskan, dampak daripada fenomena langka ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari kondisi fenomena-fenomena supermoon, bulan purnama ataupun bulan baru mikro pada umumnya.

“Sebagaimana halnya fase purnama maupun fase bulan baru pada umumnya, purnama stroberi super, bulan baru stroberi mikro maupun purnama rusa super dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya,” jelasnya.

Pasang laut terjadi dua hari sebelum hingga dua hari sesudah puncak fenomena ini, yakni antara 27 Juni hingga 1 Juli 2022.

Seperti diketahui, pasang laut biasanya juga disebut sebagai pasang purnama.

Baca juga: Bulan Purnama dan Pasang Surut Air Laut, Apa Hubungannya?

Hal ini dikarenakan, konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan (ataupun Matahari-Bulan-Bumi) yang segaris dan mengakibatkan masing-masing gaya diferensial (gaya pasang surut) yang ditimbulkan oleh Bulan dan Matahari memiliki arah yang sama.

Adapun arah pada diferensial berjumlah sepasang, menghadap atau searah dan membelakangi atau berlawanan arah terhadap objek yang menimbulkan gaya tersebut.

Meskipun konfigurasi Bulan berlawanan arah dengan Matahari seperti ketika terjadi purnama, akan tetapi gaya diferensial yang ditimbulkan oleh Bulan dan Matahari memiliki arah yang sama.

Andi menjelaskan, secara umum, gaya diferensial pasang purnama 27-36 persen lebih besar dibandingkan saat pasang perbani, jika dibandingkan pada jarak yang sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com