Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Asal Usul Nama Subang, Kota Nanas yang Berasal dari Suweng

Kompas.com - 28/05/2022, 09:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Subang menjadi salah satu daerah yang menempati 4,64 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Dijuluki Kota Nanas, Subang memiliki sejarah dan asal-usul yang menarik diulik.

Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian utara dari Provinsi Jawa Barat yaitu pada posisi 107°31’ – 107º54’ Bujur Timur dan 6º11’ – 6º49’ Lintang Selatan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1968 daerah Kabupaten Subang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, dengan Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Sumedang di sebelah timur.

Sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di sebelah barat.

Sejarah Kabupaten Subang

Bukti sejarah Kabupaten Subang yang menguatkan argumentasi bahwa daerah ini telah dihuni sejak masa prasejarah adalah ditemukannya kapak batu bercorak megalitikum.

Kapak batu itu ditemukan di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati, dan Dayeuhkolot (Sagalaherang).

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Banjarmasin, dari Kata Banjarmasih hingga Peperangan Pangeran Samudera

Benda-benda itu menunjukkan adanya jejak sejarah keberadaan kelompok masyarakat yang hidup di Subang yang berprofesi sebagai petani dengan pola sangat sederhana.

Tak hanya penemuan benda, dalam periode prasejarah juga berkembang kebudayaa perunggu di Subang yang dapat dilihat di Kampung Enkel, Sagalaherang.

Sementara pada masa Hindu-Budha, Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yaitu Tarumanegara, Galuh, dan Pajajaran.

Selama masa ini, diperkirakan Subang sudah menjalin kontak perdagangan dengan negeri seberang dengan bukti berupa pecahan keramik asal Tiongkok di Patenggeng (Kalijati).

Sedangkan masa kejayaan Islam, Subang juga menjadi salah satu simpul penyebaran Islam melalui seorang tokoh bernama Wangsa Goparana.

Pada tahun 1771, di Subang sudah diperintah oleh seorang bupati yang memerintah secara turun temurun.

Sejarah pun mencatat wilayah Subang kemudian diberikan kepada pihak swasta Eropa pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles dari Inggris.

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Banyuwangi, Bukti Cinta Tulus Istri kepada Suami

Taman Alun-alun Subang yang diabadikan pada tanggal 4 Agustus 2021.Tribun Jabar/Irvan Maulana Taman Alun-alun Subang yang diabadikan pada tanggal 4 Agustus 2021.

Keadaan itu terus berlangsung meski kekuasaan Inggris sudah berakhir dan Nusantara dikuasai Hindia Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik di wilayah Subang.

Satu tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya 5 April 1948, terjadi rapat di wilayah Subang yang salah satu hasilnya adalah pembentukan Kabupaten Karawang Timur.

Karawang Timur ini mencakup wilayah Subang dan Purwakarta sekarang.

Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur itu yaitu 5 April 1948 kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Subang.

Asal usul Nama Subang

Asal usul nama Subang bersumber dari cerita rakyat yang berkembang dalam beberapa versi, namun berdasarkan keterangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan, sampai saat ini belum ada yang bisa dijadikan sebagai data toponimi daerah Subang.

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Nama Balikpapan, dari Kuleng Papan hingga Papan Sumbangan Rakit yang Lepas

1. Diambil dari nama seorang wanita

Salah satu versinya menyebut kata Subang berasal dari nama seorang wanita dalam Babad Siliwangi, yaitu Subanglarang atau Subangkarancang.

Hal tersebut dikuatkan dengan adanya cerita atau kisah yang terdapat dalam Babad Pajajaran.

Babad Pajajaran mengisahkan bahwa di daerah Karawang terdapat pesantren yang diasuh oleh Syekh Datuk Quro.

Syekh Datuk Quro ini memiliki santri putri, salah satunya bernama Subanglarang yang merupakan putri Ki Jamajan Jati.

Dalam perjalanannya, Subangalarang kemudian dipersunting oleh Raden Pamanahrasa yang bergelar Prabu Siliwangi saat menjadi Raja Pajajaran.

Dari pernikahan ini kemudian lahir dua orang anak yang bernama Raden Walangsungsang dan Ratu Rarasantang.

Ratu Rarasantang ini kelak melahirkan seorang anak yang bernama Syarif Hidayatullah yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Kota Pontianak, Kisah Kuntilanak Mengganggu hingga Kun Tian

 

2. Pekerja dari Kuningan

Kata Subang juga berasal dari kata Subang yang merupakan nama daerah yang ada di Kuningan.

Pada masa beroperasinya perusahaan yang mengelola orang Belanda penguasa perkebunan karet, kopi, teh, tebu di daerah tersebut.

Untuk mengelola perkebunan tersebut diperlukan tenaga kerja yang sangat banyak, maka didatangkan para pekerja dari berbagai daerah antara lain dari daerah Subang Kuningan.

Penduduk Subang pada saat itu belum sebanyak saat ini, para pendatang tadi selanjutnya mendirikan sebuah perkampungan atau pemukiman di sekitar pabrik yang kemudian dikenal dengan nama Babakan atau Kampung Subang, sesuai dengan nama asal tempat tinggal mereka.

Baca juga: Sejarah dan Penentuan Kalender Islam Global dari Perspektif Ilmu Astronomi

3. Berasal dari kata Suweng

Versi lain dari ceritera rakyat mengatakan bahwa kata Subang berasal dari kata Suweng.

Suweng merupakan istilah untuk menyebut perhiasan yang dipakai wanita di daun telinganya, atau biasa disebut juga dengan kata anting.

Sementara itu ada yang berpendapat bahwa kata Subang berasal dari kata Kubang, berdasarkan pada ceritera rakyat dikisahkan bahwa di daerah Subang tepatnya di daerah Rawabadak terdapat kubangan atau rawa tempat mandi badak.

Kemungkinan adanya hewan badak di daerah Subang secara ilmiah belum ada bukti artefak yang ditemukan, namun di masa Subang purba hal tersebut mungkin saja terjadi.

Sementara itu pendapat tentang kata Suweng dan Kubang mungkin hanyalah kekurangjelasan dalam melafalkan atau mengucapkan kata tersebut.

Baca juga: Sejarah, Makna, dan Perayaan Hari Raya Waisak di Indonesia

 

4. Nama sebuah gunung

Subang juga disebutkan sebagai nama sebuah gunung, yang baru dikenal antara abad ke-17 dan abad ke-18, sebagaimana ditulis oleh De Haan (1912:296) seperti tersebut berikut ini.

Pada tanggal 6 Oktober 1692, Couper (komandan tentara kompeni) berhasil memukul mundur pasukan Surapati, sebanyak 160 orang prajurit pengikut Surapati melarikan diri ke Madura.

Sekitar 50 orang melarikan diri ke Banyumas dan Bagelen.

Sedangkan, pasukan Van Happel dari Imbanegara menuju Dayeuhulur melintasi Cijolang terus melewati Subang kembali ke Cirebon.

Pada bagian lain di halaman 336 De Haan pun menulis.

Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Reog Ponorogo, dari Kisah Singo Barong hingga Ki Ageng Kutu

Pada perjanjian tanggal 5 Oktober 1705 antara Mataram dengan Kompenai Belanda, Sunan Kartasura menyerahkan kepada Gubernur Jenderal De Jonge daerah-daerah pesisir pulau Jawa dari barat ke timur pegunungan Dayiloer (Dayeuluhur) sampai gunung Sumana atau Subang.

Subang Kota Nanas

Kabupaten Subang dikenal dengan julukan sebagai Kota Nanas atau Kota Nanas Madu. Julukan tersebut berasal dari mayoritas warga Subang yang merupakan petani buah nanas.

Buah nanas yang diproduksi di Subang ini disebut-sebut jauh lebih manis daripada nanas dari daerah lain.

Biasanya, buah nanas banyak dijajakan di pinggiran jalan terutama di Jalan Cagak yang menjadi perimpangan antara Wanayasa - Bandung - Sumedang - Subang.

Sebagai komoditas utama, nanas Subang tidak hanya dijajakan dalam bentuk buah, namun juga olahan lain seperti selai, dodol, hingga keripik.

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Nama Jepara, Kota yang Dijuluki Bumi Kartini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com