Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkatkan Kadar Vitamin D, Ilmuwan Ubah Genetik Tomat

Kompas.com - 26/05/2022, 08:01 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Inggris mengubah tomat secara genetik. Ini dilakukan untuk memaksimalkan provitamin D3, prekursor vitamin D, yang kemudian digunakan mencukupi kebutuhan tubuh.

Uji coba di luar ruangan rencananya akan dimulai bulan depan, dan jika berhasil ini dapat menyediakan sumber makanan baru yang menyediakan vitamin D.

Sebagai informasi, vitamin D mencegah penyakit defisiensi yang mempengaruhi perkembangan tulang, gigi, dan otot.

Selain itu, vitamin D akan diubah menjadi produk dengan bioaktivitas hormon steroid, yang berfungsi dalam memberi sinyal di banyak organ termasuk otak. 

Sumber utama nutrisi vitamin D berasal dari paparan sinar matahari pada kulit, yang mengubah provitamin D3 menjadi bentuk aktif vitamin D yang dapat digunakan tubuh.

Baca juga: Vitamin D Langka Diburu untuk Tingkatkan Imunitas, Benarkah Bisa Cegah Covid-19?

Namun, di Inggris hanya ada cukup sinar matahari untuk mencapainya pada periode April hingga September. Sekitar 13-19 persen orang Inggris memiliki kadar vitamin D yang rendah.

Artinya, orang-orang tersebut harus bergantung pada sumber makanan seperti ikan, daging merah, kuning telur, jamur, hingga suplemen.

Padahal suplemen sangat menantang bagi vegan, karena banyak suplemen yang mengandung lanolin dari wol domba.

Tomat yang disunting secara gen untuk mengakumulasi provitamin D3 pada tingkat di atas pedoman diet yang direkomendasikan dapat menghasilkan kesehatan yang lebih baik bagi banyak orang terutama tomat adalah makanan yang dapat diakses secara luas dan siap dimakan,” ujar seorang profesor ekologi di University of Southampton Guy Poppy seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (25/5/2022).

Studi mengubah genetik tomat

Dalam studi mengubah genetik tomat untuk tingkatkan kadar vitamin D, tanaman tomat dibuat dengan membuat perubahan kecil pada gen tomat, menggunakan teknik penyuntingan yang disebut Crispr-Cas9.

Baca juga: Kekurangan Vitamin D Berpotensi Sebabkan Keparahan pada Pasien Covid-19, Studi Jelaskan

Ilustrasi tomat, buah tomat. PEXELS/ALENA DARMEL Ilustrasi tomat, buah tomat.

“Ini seperti sepasang pinset molekuler, yang dapat digunakan secara tepat memotong fragmen yang sangat kecil dari gen untuk meningkatkan sifat yang diinginkan pada tanaman jauh lebih cepat daripada proses pemuliaan tradisional, dan tanpa memasukkan DNA asing dari spesies lain,” papar Jie Li di John Innes Center di Norwich, yang memimpin penelitian.

Dalam hal ini, fokus peneliti pada enzim yang ditemukan dalam tanaman tomat yang biasanya mengubah provitamin D3 menjadi kolesterol.

Dengan mengubah enzim tersebut, para peneliti berhasil memblokir jalur ini, yang berarti provitamin D3 terakumulasi dalam buah dan daun tomat.

Peneliti menghitung jumlah provitamin D3 dalam satu buah tomat, jika diubah menjadi vitamin D3, akan setara dengan kadar yang ada dalam dua telur berukuran sedang atau 28 gram tuna.

Untuk mengubahnya menjadi vitamin D3 aktif, buah masih perlu terkena sinar UVB atau berpotensi ditanam di luar ruangan. Ini pun tengah rencanakan oleh peneliti untuk diuji dalam uji coba lapangan yang akan datang.

“Ini adalah contoh bagus dari penggunaan teknologi penyuntingan gen untuk membuat perubahan yang sangat spesifik pada tanaman,” papar Prof Gideon Henderson, kepala penasihat ilmiah di Departemen Lingkungan, Pangan, dan Urusan Pedesaan.

Baca juga: 5 Tanda Kekurangan Vitamin D, Salah Satunya Mudah Letih

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Plants, tanaman yang diubah secara presisi akan memungkinkan tanaman yang diedit gen diperlakukan secara berbeda dengan organisme yang dimodifikasi secara genetik (GMO).

“Ini adalah contoh jenis produk yang dapat melewati undang-undang transgenik tradisional, tapi akan melakukannya dengan sangat lambat di bawah lingkungan peraturan saat ini dan dapat membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menavigasi sistem tersebut,” tutur Henderson.

Tidak seperti transgenik, tanaman tomat tidak mengandung gen dari organisme lain dan secara teoritis dapat diciptakan melalui pembiakan selektif, meskipun jauh lebih lambat.

Prof Cathie Martin di John Innes Centre, yang mengawasi penelitian tersebut, mengatakan penelitian ini menunjukkan potensi penyuntingan gen yang digunakan untuk meningkatkan sifat nutrisi makanan, dan teknik yang sama dapat menghasilkan perubahan serupa pada varietas tomat elit mana pun.

"Ini berarti bahwa perusahaan dapat memperkenalkan sifat ini ke dalam kultivar mereka yang dilindungi paten, atau dapat diperkenalkan ke (varietas tomat) Gardener's Delight, di mana tidak ada perlindungan [paten],” katanya.

“Teknik yang digunakan mungkin juga bisa bekerja dengan baik pada tanaman pangan solanaceous lainnya seperti paprika, cabai, kentang, dan terong," lanjut dia.

Para petani bisa mendapatkan manfaat lebih lanjut dikarenakan berpotensi menjual daun atau buah mentah ke produsen suplemen untuk diproses menjadi tablet vitamin D.

Baca juga: 8 Makanan Sumber Vitamin D, Penting untuk Dikonsumsi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com