Maka, dapat diketahui diagnosis, tata laksana, maupun deteksi metastasis atau penyebaran sel kanker.
"Kita sebagai dokter dan perawat lebih banyak waktu untuk merawat pasien. Namun, AI tetap tidak dapat menggantikan kita sebagai seorang dokter, tetap kita yang memutuskan terapi kepada pasien," ungkap Ditia.
Sayangnya, belum banyak rumah sakit di Indonesia yang menerapkan artificial intelligence untuk pelayanan kesehatan.
Baca juga: AI Bisa Jadi Alat Transformasi Sampah Menjadi Produks Bernilai Seni, Kok Bisa?
Padahal, artificial intelligence atau kecerdasan buatan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi peningkatan beban kerja, serta digunakan sebagai instrumen untuk menghasilkan layanan kesehatan yang efisien, efektif, dan berkualitas.
Adapun tantangan penerapan teknologi AI di rumah sakit di Indonesia menurut dr Ditia antara lain:
"Pada intinya kita membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam mempersiapkan pengembangan AI di rumah sakit Indonesia. Baik di rumah sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah," pungkasnya.
Baca juga: AI Disebut Revolusi dalam Kajian Luar Angkasa, Kok Bisa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.