Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Kusta Sedunia: Konsepsi Populer Kusta dan Sejarahnya di Dunia

Kompas.com - 01/02/2022, 16:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sebelum ada temuan kerangka dari Balathal, kerangka sebelumnya dengan ciri penderita kusta ditemukan di Mesir dan Thailand dengan perkiraan asal waktu 300-400 SM.

Sejarah Penyakit Kusta

Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kusta adalah penyakit yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Hal tersebut diketahui dari literatur peninggalan peradaban kuno. 

WHO menyatakan, sepanjang sejarah, orang yang menderita kusta seringkali dikucilkan oleh masyarakat dan keluarganya. 

Dalam sejarah modern, bakteri penyebab penyakit ini, Mycobacterium leprae (M. leprae), ditemukan oleh G. A. Hansen pada 1873, sehingga kusta disebut juga sebagai penyakit Hansen. 

Terobosan pertama di bidang pengobatan kusta terjadi pada tahun 1940-an dengan perkembangan obat dapson, yang dapat mengobati penyakit itu. 

Baca juga: Pertama Kali, Ilmuwan Ungkap Kasus Kusta pada Simpanse Liar

 

Akan tetapi, durasi pengobatan bisa berlangsung bertahun-tahun, dan seringkali seumur hidup, sehingga membuat pasien sulit untuk tetap mematuhi pengobatan.

Pada 1960-an, bakteri M. leprae mulai mengembangkan resistensi terhadap dapson, satu-satunya obat anti kusta yang dikenal pada saat itu. 

Akan tetapi, tidak berselang lama, obat rifampisin dan klofazimin ditemukan, dan kemudian ditambahkan ke rejimen pengobatan kusta, yang kemudian diberi label sebagai terapi multidrug (MDT). 

Pada 1981, WHO merekomendasikan MDT untuk mengobati pasien kusta. Rejimen MDT yang saat ini direkomendasikan terdiri dari dapson, rifampisin, dan klofazimin. 

Perawatan kusta ini berlangsung selama enam bulan untuk pauci-bacillary dan 12 bulan untuk kasus multi-bacillary. MDT terbukti bisa membunuh patogen dan menyembuhkan pasien.

Baca juga: Stigma Kusta Sepanjang Masa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com