Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Fakta BA.2, Subvarian Virus yang Dijuluki Son of Omicron

Kompas.com - 30/01/2022, 11:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia belum selesai menghadapi pandemi Covid-19 di tengah lonjakan kasus varian virus Omicron, kini subvarian Omicron yang dijuluki 'Son of Omicron' telah terindentifikasi di 40 negara.

Baru-baru ini, Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, bahkan mengumumkan bahwa subvarian BA.2 sudah ada di Indonesia.

Diberitakan Kompas.TV, Jumat (28/1/2022) Budi mengungkapkan subvarian Omicron BA.2 lebih sulit dideteksi menggunakan tes PCR SGTF (S-gene Target Failure). Akan tetapi, dia memastikan Indonesia akan segera memiliki fasilitas untuk mendeteksi varian tersebut.

Lantas, apa itu subvarian BA.2?

Melansir Medical News Today, Jumat (28/1/2022) garis keturunan Omicron BA.2 disebut sebagai 'Son of Omicron' lantaran memiliki sebagian besar mutasi yang sama dengan Omicron. Subvarian ini pun diduga tidak mempunyai banyak mutasi baru yang memengaruhi cara virus bekerja.

Baca juga: Varian BA.2 Omicron Terdeteksi di 40 Negara, Apa Itu?

Subvarian BA.2 saat ini menjadi varian yang sedang diselidiki atau variant of interest (VoI) di Inggris. Sedangkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memasukkannya sebagai variant of concern (VoI) atau varian yang mengkhawatirkan.

Fakta-fakta subvarian BA.2

1. Lebih cepat menyebar

Profesor dari Departemen Kedokteran di McGill University, Kanada, Dr Donald C Vinh mengatakan bahwa WHO mencatat varian Omicron memiliki tiga subvarian utama yakni BA.1, BA.2, dan BA.3.

“Sampai sekarang, sebagian besar dari semua kasus Omicron adalah BA.1. Namun di beberapa tempat, BA.2 muncul dan menyebar lebih cepat dari BA.1,” kata Vinh.

Sementara itu, dokter di Johns Hopkins Center for Health Security Dr Amesh A Adalja menduga, subvarian BA.2 lebih menular dibandingkan varian sebelumnya.

Kendati demikian, para ahli masih mengkaji lebih dalam terkait dengan seberapa cepat subvarian dapat menyebar di tengah masyarakat.

Varian Omicron SARS-CoV-2 menarik bagi para ilmuwan karena jumlah mutasinya yang relatif lebih tinggi, yang memungkinkannya untuk menghindari sebagian dari respons imun," papar Dr Richard Reithinger, wakil presiden kesehatan global di RTI International.

Dia menambahkan, tingkat penularan dan patogenisitas atau kemampuannya menginfeksi serta menyebabkan penyakit lebih tinggi daripada varian virus corona sebelumnya.

Namun, kemampuan varian Omicron untuk menyebabkan penyakit parah lebih rendah.

“Pertanyaan untuk varian dan subvarian yang baru diidentifikasi seperti Omicron BA.2 adalah bagaimana ketiga karakteristik di atas berbeda dari (varian) virus SARS-CoV-2 asli atau varian Omicron dan mengapa,” kata Reithinger.

2. Subvarian BA.2 lebih sulit dideteksi

Sejauh ini para ahli masih mengumpulkan data terkait bagaimana subvarian BA.2 dapat menyebar, tetapi penelitian di laboratorium berhasil menemukan beberapa sifat molekulernya.

“BA.2 tidak memiliki lonjakan mutasi 69-70, tidak menyebabkan kegagalan target gen S, sehingga lebih sulit untuk diidentifikasi pada tes PCR,” ujar asisten profesor kesehatan masyarakat di Penn State College of Medicine, Dr Anna Ssentongo.

“Oleh karena itu, BA.2 dijuluki varian siluman,” sambung dia.

Menurutnya, subvarian Omicron BA.2 memiliki lebih dari 20 mutasi pada spike protein yang menjadi target bagi vaksin Covid-19, lantaran virus menggunakannya untuk memasuki sel.

Meskipun hal ini mungkin mengindikasikan BA.2 lebih kebal terhadap vaksin, penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengonfirmasi efektivitas vaksin Covid-19 terhadap virus.

“Mirip dengan garis keturunan induknya (Omicron), (BA.2) diduga sangat menular dan menghasilkan penyakit yang kurang parah daripada varian Delta atau Beta, terutama jika seseorang divaksinasi sepenuhnya dan di-booster” jelas Reithinger.

Dalam beberapa pekan ke depan, Dr Reithinger berharap hasil uji laboratorium dan klinis yang sedang berlangsung bisa segera mengonfirmasi karakteristik dari virus.

Hal senada diungkapkan Vinh, bahwa sebelum para ahli menyimpulkan tentang subvarian BA.2 dapat memengaruhi kesehatan masyarakat, diperlukan penelitian lebih lanjut.

Vinh berkata, data yang ada hingga saat ini masih sangat terbatas, terutama terkait perbedaan klinis antara subvarian BA.2 dan subvarian BA.1.

"Secara khusus, kami tidak memiliki data pasti untuk mengetahui apakah BA.2 lebih menular, menyebabkan penyakit yang lebih parah, atau dapat menghindari kekebalan lebih baik daripada BA.1. Meski begitu, data awal dari Denmark dan Inggris menunjukkan bahwa BA.2 mungkin lebih menular daripada BA.1,” ucapnya.

Baca juga: Mendominasi di Jawa dan Bali, Ketahui 6 Fakta Omicron dari Gejala hingga Cara Mencegahnya

 

3. Masih diperlukan penelitian mendalam

Saat ini, peneliti di Divisi Vaksin dan Penyakit Menular dari University of Washington, Dr Pavitra Roychoudhury menegaskan, subvarian BA.2 masih dalam tahap penelitian. Sehingga para ahli dapat membandingkan subvarian BA.2 dengan subvarian sebelumnya melalui pengawasan genomik.

“Terlalu dini untuk mengetahui peran BA.2. Kemungkinan subvarian itu hanya akan menjadi bagian dari gelombang Omicron dan memperpanjangnya dari waktu ke waktu, akhirnya menjadi versi dominan dari Omicron. Diperlukan lebih banyak studi,” tutur Adalja.

Di sisi lain, Dr Barton F. Haynes, direktur Departemen Kedokteran di Fakultas Kedokteran Duke University, mengatakan apabila dilihat dari perubahan molekulernya, mungkin subvarian BA.2 cukup mengkhawatirkan.

“Kami khawatir karena sangat berbeda dari Omicron BA.1, BA.2 dapat menghindari vaksin saat dan antibodi penetral Omicron BA.1,” imbuhnya.

“Sampai sekarang, kami sedang bekerja untuk mempelajari virus Omicron BA.2 untuk melihat apakah antibodi penetral yang diinduksi vaksin saat ini menetralisirnya," lanjut Haynes.

Adapun vaksin Covid-19 yang ada saat ini, kata Reithinger, masih cukup efektif untuk melindungi orang dari infeksi maupun mencegah keparahan penyakit dan kematian.

“Selain itu divaksinasi, orang harus mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, jaga jarak fisik, dan cuci tangan, terutama di lingkungan yang ramai atau dengan transmisi tinggi,” pungkasnya.

Baca juga: Satgas: Obat Covid-19 yang Dipakai untuk Varian Sebelumnya, Masih Efektif Lawan Infeksi Omicron

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com