Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pil Covid Molnupiravir MSD Akhirnya Kantongi Izin FDA

Kompas.com - 01/12/2021, 19:01 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber NBC News

Selama memaparkan produk mereka, para peneliti berharap obat Covid Molnupiravir itu akan bekerja melawan varian Omicron yang baru-baru ini diidentifikasi.

Mereka menyebut bahwa strain baru tersebut mengandung mutasi yang serupa dengan versi virus sebelumnya. Meski begitu, tim peneliti berupaya untuk melakukan pengujian lebih lanjut terkait obat Covid ini.

Menanggapi pertanyaan terkait risiko penggunaan pil Covid molnupiravir, Dr Sean Curtis, wakil presiden di MSD mengatakan bahwa selama uji klinis tidak ditemukan virus menular yang terdeteksi.

Dia menambahkan, perusahaan akan menekankan pentingnya meminum semua pil sesuai resep.

Jika disetujui, Curtis berkata nantinya obat akan diberikan dalam empat kapsul atau sekitar 200 miligram, dan diminum dua kali sehari selama lima hari.

Pihaknya juga memaparkan, kemungkinan efek samping obat dari pengobatan pil Molnupiravir meliputi diare, mual atau pusing.

Pil Covid Molnupiravir untuk pasien komorbid

Saat izin resmi sudah dikeluarkan, molnupiravir akan direkomendasikan bagi orang yang berusia tua serta mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid seperti diabetes, obesitas, atau penyakit jantung.

Baca juga: Program WHO Kemungkinan Akan Beli Obat Covid-19 Molnupiravir

 

Selanjutnya, dr Uma Reddy, seorang dokter kandungan di Yale School of Medicine meminta agar FDA hanya mengizinkan obat untuk orang-orang yang sedang dalam uji klinis, seperti orang dewasa yang belum divaksinasi, maupun mereka dengan risiko tinggi.

Reddy mendukung penggunaan darurat obat tersebut, meskipun dia menegaskan wanita hamil tidak boleh mengonsumsinya.

Menurut data MSD dan hasil analisis FDA tidak ditemukan masalah keamanan pada obat.

Sementara, pejabat di divisi farmakologi dan toksikologi Mark Seaton, mencatat adanya potensi risiko berbahaya pada wanita hamil jika meminum obat ini.

Seaton menyebut penelitian pada hewan menunjukkan efeknya dapat membahayakan janin atau kemungkinan cacat lahir.

Kendati demikian, risiko ini tidak diamati dalam uji klinis karena wanita hamil tidak termasuk dalam penelitian.

“Bagi saya, apakah kita ingin mengurangi risiko bahaya bagi ibu hingga 30 persen dengan memaparkan embrio dan janin pada risiko bahaya yang jauh lebih tinggi oleh obat ini? Dan jawaban saya adalah tidak,” ungkap anggota komite yang juga CEO Meharry Medical College di Tennessee, Dr James Hildreth. 

Baca juga: Mengenal Obat Covid Molnupiravir, yang Disebut Menkes Budi Akan Digunakan Tahun Depan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com