Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alam Semesta Makin Meluas, Ini Dampaknya pada Lubang Hitam

Kompas.com - 16/11/2021, 18:10 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Artinya, semua lubang hitam di alam semesta termasuk gabungan lubang hitam yang terdeteksi dalam eksperimen gelombang gravitasi, lubang hitam yang ada di galaksi, maupun lubang hitam supermasif yang sangat besar di pusat galaksi bisa tumbuh dari waktu ke waktu.

Sebagai cara untuk membuktikan dugaan mereka, para peneliti memodelkan dua penggabungan lubang hitam di alam semesta yang sedang bertumbuh. Hanya dibutuhkan waktu selama beberapa detik agar dua lubang hitam spiral bergabung.

Meski hal tersebut tampak berhubungan, peneliti mengatakan jika mengasumsikan alam semesta statis dalam model ini, mereka dapat mengesampingkan potensi perubahan pada dua lubang hitam selama miliaran tahun sebelum mencapai titik di mana keduanya bertubrukan.

"Ini adalah asumsi yang menyederhanakan persamaan Einstein, karena alam semesta yang tidak tumbuh lebih sedikit untuk tetap dilacak. Namun, ada trade-off (yaitu) prediksi mungkin hanya masuk akal untuk waktu yang terbatas," jelas profesor di Departemen Fisika dan Astronomi Universitas Hawaii sekaligus penulis utama studi, Kevin S Croker.

Dengan membuat simulasi dari saat kelahiran, kehidupan, hingga kematian jutaan pasang bintang, mereka dapat mempelajari bintang yang mati untuk memasangkan lubang hitam.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Apa Itu Lubang Hitam dan Bagaimana Terbentuknya?

Kemudian mereka menghubungkan seberapa banyak lubang hitam bisa tumbuh secara proporsional dengan meluasnya alam semesta.

Para peneliti terkejut setelah melihat prediksi yang dibuat dengan model penelitian yang mereka kembangkan menggunakan data LIGO-Virgo. Model penelitian itu dinilai sangat cocok dengan yang mereka harapkan.

"Saya harus mengatakan, saya tidak tahu harus berpikir apa pada awalnya. (Simulasi) itu adalah ide yang sangat sederhana, saya terkejut hal itu bekerja dengan sangat baik," ungkap Gregory Tarlé, rekan penulis studi dan profesor fisika di University of Michigan.

Tim peneliti berpendapat, saat alam semesta meluas dan bintang-bintang menjauh satu sama lain, maka partikel cahaya atau foton yang dipancarkan bintang-bintang berubah lebih merah.

"Untuk jenis lubang hitam yang telah kami hipotesiskan, penggabungannya bisa sejuta kali lebih besar dari yang dibayangkan dari inti matahari. Dan bahkan untuk lubang hitam semacam ini, Anda mungkin harus menunggu ratusan juta tahun hanya untuk menggandakan massanya," kata Croker

Dia menambahkan, meski masih belum diteliti lebih jauh tetapi karena detektor gelombang gravitasi menjadi lebih sensitif seiring berjalannya waktu, maka akan semakin banyak data yang tersedia untuk menguji hipotesis yang telah dibuat.

Baca juga: Dahsyatnya Letusan Lubang Hitam di Galaksi Ini Terkuat di Alam Semesta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com