Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Kulkas, Begini Cara Manusia Purba Menyimpan Makanan

Kompas.com - 26/10/2021, 19:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kulkas atau pendingin merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengawetkan makanan.

Selama ribuan tahun lalu, manusia harus menemukan cara yang tepat untuk mengawetkan makanan sebelum ditemukannya pendingin.

Fungsi alat pendingin adalah memperlambat pertumbuhan mikroorganisme, yang menyebabkan penyakit bawaan pada makanan atau pembusukan makanan.

Baca juga: Manusia Purba yang Diduga sebagai Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Selain itu, banyak praktik pengawetan lainnya seperti penggaraman, pengeringan, pengasapan, pengawetan, dan fermentasi yang telah digunakan sejak lama.

Berbeda dengan zaman sekarang, orang-orang kuno atau purba tidak memiliki kulkas untuk menyimpan makanan. Lalu, bagaimana manusia purba menyimpan sisa makanan mereka?

Cara Manusia Purba Menyimpan Makanan

Melansir Live Science, Senin (25/10/2021) manusia purba memiliki beberapa cara yang cukup kreatif untuk memperpanjang masa simpan makanan. Apa saja?

1. Manusia purba menyimpan bahan makanan di kolam

Pada tahun 2015, dua petani di Michigan, Amerika Serikat menemukan tulang panggul dari mammoth. Setelah diperiksa oleh tim peneliti, mereka menemukan bukti paleontologi dan arkeologi tambahan.

Lebih dari 11.000 tahun yang lalu, kawanan mammoth berkeliaran di Amerika Utara. Bagi pemburu-pengumpul, mammoth merupakan makanan. Mereka akan menaruh sisa daging buruan ke dalam kolam untuk digunakan nanti.

“Kolam itu memberikan tempat untuk menyimpan bagian-bagian bangkai,” ujar profesor dan kurator di Museum Paleontologi Universitas Michigan, Daniel Fisher.

Bangkai sengaja ditempatkan di salah satu dari banyak kolam kecil yang dangkal di postglacial landscape di Upper Midwest. Menariknya, pengawetan daging bukan karena air tetapi sebagian besar akibat bakteri bernama lactobacilli yang hidup di air.

Lactobacilli menghasilkan asam laktat, yaitu produk sampingan kimia dari respirasi anaerobik. Bakteri ini menyerap ke daging, lalu asam laktat mempertahankan massa otot.

Fisher mengatakan, suhu rendah dan kandungan oksigen air danau yang rendah membantu proses pengawetan. Ia percaya perburuan ini mungkin terjadi di musim gugur.

Menurutnya, hewan disembelih kemudian dagingnya dipotong ukuran besar, kemudian disimpan dalam air di kolam kecil dekat tempat penyembelihan. Sehingga, dagingnya tetap bisa dimakan sampai musim panas berikutnya.

Fisher mengetahui hal ini karena ia telah melakukan eksperimen menggunakan rusa, domba, hingga kuda.

Dia menemukan, bahwa daging masih bisa dimakan setelah dimasak terlebih dahulu untuk membunuh bakteri berbahaya di dalam daging.

Bahkan, setelah berbulan-bulan terendam di kolam kecil yang dingin, daging masih awet.

"Asam laktat juga melunakkan daging. Asam itu memang memberikan bau dan rasa yang kuat, seperti keju Limburger. Itu membuat makanannya jadi menarik," ungkapnya.

Baca juga: Tulang Rahang dengan Gigi Geraham Manusia Purba Ditemukan di Sulawesi

 

2. Manusia purba menyimpan makanan di dalam rawa

Cara kedua yang digunakan manusia purba untuk menyimpan makanan adalah dengan mengubur makanan, agar tetap segar.

Penguburan makanan melindungi dari sinar matahari, panas, dan oksigen yang meningkatkan proses pembusukan makanan.

Biasanya, mereka akan menaruh makanan di rawa. Rawa adalah lahan basah air tawar dari tanah lunak dan kenyal yang sebagian besar terdiri dari bahan tanaman yang membusuk atau gambut.

Meski rawa merupakan lahan yang basah, tempat ini memiliki suhu yang sesuai, rendah oksigen, dan sangat asam sehingga cocok untuk mengawetkan makanan yang mudah rusak.

Di Eropa Utara, peradaban kuno akan memasukkan makanan termasuk mentega ke dalam rawa untuk mengawetkannya.

Baca juga: Makanan Manusia Purba Terungkap di Situs Purba Maros

Para arkeolog telah meneliti gumpalan zat lilin seperti parafin dari kotoran yang tergenang air. Kemudian, melakukan analisis kimia pada zat lilin dan mengidentifikasinya sebagai produk susu bernama 'bog butter'.

"Dalam dua atau tiga tahun, lemak dalam mentega segar terdegradasi menjadi komponen penyusunnya," kata Jessica Smyth, asisten profesor di University College Dublin School of Archaeology.

Rawa adalah tempat terbaik bagi pertanian zaman dahulu untuk mengawetkan makanan yang mudah rusak, seperti produk susu untuk waktu yang lebih lama.

Mentega yang telah dikurasi masih dapat dimakan, tetapi mungkin memiliki rasa tajam dari gambut.

"Lahan gambut memberikan pengetahuan tentang praktik pertanian prasejarah yang telah lenyap dari dunia," pungkas Smyth.

Baca juga: Ilmuwan Pura-pura Jadi Manusia Purba demi Tahu Cara Berburunya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com