KOMPAS.com – Fenomena La Nina dikaitkan dengan dampak yang bersifat global, yakni peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik Barat, termasuk Indonesia.
Meski berdampak pada peningkatan curah hujan di sejumlah negara, La Nina juga menyebabkan penurunan curah hujan di sebagian pantai timur Asia, bagian tengah Afrika, dan sebagian Amerika bagian tengah.
La Nina juga dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi yang merupakan bencana menahun yang kerap terjadi pada musim hujan, transisi, atau musim kemarau.
Pada musim hujan, bencana hidrometeorologi yang dapat dipicu oleh La Nina adalah banjir, tanah longsor, dan banjir bandang.
Sementara itu, di masa transisi, bencana hidrometeorologi yang biasanya terjadi adalah angin kencang hingga hujan es.
Baca juga: BMKG Tegaskan Fenomena La Nina Bukan Badai Tropis, Lalu Apa Itu?
Sedangkan di musim kemarau, potensi bencana hidrometeorologi yang dihadapi adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta gelombang tinggi.
Dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam menghadapi berbagai potensi bencana akibat La Nina, perlu sinergi mulai dari hulu dengan informasi kesiapsiagaan hingga ikut serta dalam operasi TMC untuk penanganan karhutla.
Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan sebagai mitigasi bencana akibat La Nina:
1. Pembuatan informasi cuaca oleh BMKG
BMKG menggunakan berbagai sumber data untuk membuat informasi cuaca, mulai dari data pengamatan dengan menggunakan satelit, 42 radar cuaca, ribuan peralatan observasi secara digital yang terhubung dengan Internet of Things (IoT), dan memperhatikan fenomena atmosfer global dan lokal.
Seluruh data tersebut diolah dengan pemodelan nurmeris secara “ensambel” untuk memberikan hasil prakiraan dengan resolusi 3 km2 hingga skala tapak untuk seluruh kecamatan di Indonesia.
Baca juga: Apa Dampak La Nina di Indonesia?
Prakiraan cuaca tersebut dibuat untuk periode 1 hingga 6 hari ke depan dengan interval waktu setiap 3 jam hingga 6 jam untuk cuaca publik.
Data dan informasi dari BMKG ini menjadi acuan berbagai pihak, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dalam upayanya mencegah dan menangani bencana.
2. Program pencegahan oleh BNPB
Dalam mencegah bencana akibat La Nina, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan penguatan kelembagaan di daerah, informasi risiko sampai ke level bawah, sistem peringatan dini, dan sinergitas antarpihak terkait.
BNPB juga meminta setiap daerah untuk selalu memantau informasi yang diberikan oleh BMKG.
Selain itu, BNPB memiliki aplikasi InaRISK sebagai antisipasi jangka pendek dan jangka panjang agar informasi kebencanaan bisa sampai ke masyarakat.
Baca juga: Wilayah Terdampak La Nina di Indonesia Diprediksi Meluas, Mana Saja?
3. Pembinaan pada petani untuk mengurangi dampak La Nina pada tanaman
Untuk mengurangi dampak La Nina, perlu dilakukan pembinaan kepada para petani mengenai metode pengeringan dan penyimpanan benih.
Pasalnya, saat La Nina terjadi, curah hujan tinggi dapat memengaruhi kualitas benih. Selain itu, petani juga memerlukan gudang benih dan menyediakan varieta padi tahan rendaman serta penyesuaian aplikasi pupuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.