Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Doping seperti Testosterone Booster Dilarang dalam Olahraga

Kompas.com - 18/10/2021, 16:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

 

"Karena steroid itu menjanjikan hasil jangka pendek, tapi jangka panjangnya itu buruk," kata Michael yang merupakan Direktur Slim and Health Sports Center Jakarta.

Dia memberi gambaran, penggunaan steroid saat berolahraga mirip seperti orang yang mengambil kredit. Karena kredit mudah dilakukan, akhirnya membuat orang kecanduan untuk terus mengambil kredit.

"Sama seperti kredit. Kita maunya pakai steroid agar otot terbentuk. Misalkan pakai steroid sekali kemudian langsung terlihat hasilnya, pasti kemudian dia ingin melakukannya lagi dengan dosis yang lebih besar," ungkap dokter Michael.

"Selain menggunakan dosis yang lebih besar, biasanya cara yang digunakan untuk streoid akan lebih ekstrem lagi. Dari yang awalnya oral, jadi injeksi."

Namun Michael mengingatkan, pemberian dosis steroid yang lebih besar juga akan memicu efek samping yang lebih besar lagi.

Beberapa efek samping yang biasa muncul saat menggunakan steroid antara lain keluarnya rambut di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti jenggot, kumis.

"Selain itu, jantungnya juga membesar. Ini masih dalam batas logis, kenapa? Karena dengan otot yang lebih besar, butuh jantung yang lebih besar untuk bisa memompa darah lebih banyak," jelas Michael.

"Tapi tekanan darah tinggi lebih mudah terjadi, diabet muncul, ginjalnya rusak."

Baca juga: Skandal Doping Terbesar dalam Sejarah Olimpiade

"Dan yang paling ekstrem dari pada itu, semua orang yang pakai steroid ingin lebih macho, lebih keren, berotot besar, tapi maaf testisnya jadi kecil dan akhirnya penisnya jadi kecil juga," pungkas dokter yang pada 2020 dianugerahi penghargaan dari Kemenpora atas usahanya selama ini dalam meningkatkan prestasi atlet Indonesia, terutama atlet bulutangkis ini mengatakan bahwa, ketika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com