OAB atau beser ini menjadi tipe inkontinensia yang paling banyak dijumpai pada populasi lansia (9,4 persen) dibandingkan populasi umum (4,1 persen).
"Sebenarnya beser sendiri bisa terjadi di lintas umur. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun juga bisa terjadi pada pria dewasa dan usia tua," jelasnya.
Divisi Geriati Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Prof Dr dr Siti Setiati SpPD KGer M.Epid mengatakan, sebelum mengetahui efek atau risiko gangguan yang bisa dialami oleh lansia saat mengalami beser dan mengompol.
Anda juga perlu mengetahui apa saja gejala dari kondisi kesehatan lansia ngompol dan beser ini. Di antaranya sebagai berikut.
Baca juga: 5 Alasan Lansia Indonesia Tak Perlu Ragu Terima Vaksin Covid-19
"Gejala-gejala ini perlu menjadi perhatian oleh caregiver, perawat atau anggota keluarganya yang merawat itu ya, karena lansia belum tentu bisa mengontrol dan melihat kondisinya sendiri itu," kata Siti.
Lebih lanjut, Siti menjelaskan, mengetahui dan segera berkonsultasi dengan dokter menjadi hal penting untuk menghindari efek dampak yang bisa terjadi akibat gangguan beser dan mengompol tersebut.
Adapun, berbagai gejala beser dan ngompol berkaitan erat dengan hal-hal efek atau risiko gangguan berikut.
Dengan berbagai efek dampak tersebut, para ahli meminta agar tidak lagi menganggap beser dan mengompol yang dialami oleh para lansia itu adalah hal yang normal dan wajar.
Cobalah untuk periksakan ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat membantu gangguan kesehatan lansia yang bisa mengancam kualitas hidup mereka ini.
Baca juga: Ahli Sebut Mobilitas Lansia Pengaruhi Angka Harapan Hidupnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.