Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Dosis Vaksin Moderna Efektif Beri Perlindungan terhadap Varian Delta

Kompas.com - 15/08/2021, 18:30 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Sebelumnya, pada Kamis lalu (5/8/2021), Moderna mengatakan vaksin buatannya 93 persen efektif hingga enam bulan setelah dosis kedua.

Artinya, hampir tidak ada perubahan dari angka kemanjuran 94 persen yang dilaporkan dalam uji klinis aslinya.

Data enam bulan juga menunjukkan, vaksin Moderna masih memberikan perlindungan 98 persen terhadap keparahan dan 100 persen efektif mencegah kematian yang disebabkan oleh Covid-19.

Baca juga: Mengenal Apa Itu mRNA pada Vaksin Pfizer dan Moderna

Namun, data saat itu tidak memperhitungkan kinerja vaksin terhadap varian Delta yang lebih menular.

Sementara, dari penelitian terbaru tim peneliti yang dipimpin National Institutes of Health menemukan, bahwa vaksin Moderna juga efektif memberi perlindungan terhadap varian Delta.

Ahli imunologi Nicole Doria-Rose dan rekan di NIH's National Institute of Allergy and Infectious Diseases mengungkap, binding antibody tingkat tinggi yang mengenali semua varian diuji, termasuk B.1.351 (Beta) dan B.1.617.2 (Delta) yang dipertahankan pada semua subjek selama periode waktu.

Laporan studi yang telah diterbitkan dalam jurna Science ini, menguji darah dari 24 sukarelawan yang divaksinasi penuh pada beberapa titik waktu -- empat minggu setelah dosis pertama vaksin Moderna, dan kemudian pada tiga titik setelah mereka dianggap divaksinasi penuh dengan dua dosis -- hingga enam bulan.

"Pada puncak respons terhadap dosis vaksin kedua, semua individu memiliki respons terhadap semua varian," tulis tim peneliti.

Melansir CNN, tim peneliti menemukan, dua minggu setelah dosis kedua vaksin Moderna, semua sampel darah menetralkan semua varian.

Mereka menyertakan semua varian yang paling umum dan mengkhawatirkan dalam pengujian ini, yakni B.1.1.7 (Alpha), B.1.351 (Beta), P.1 (Gamma), B.1.429 (Epsilon), B.1.526 (Iota), dan B.1.617.2 (Delta).

Varian yang paling mungkin untuk menghindari perlindungan kekebalan adalah Beta, atau B.1.351 -- varian yang pertama kali terlihat di Afrika Selatan.

Enam bulan setelah dosis kedua, lebih dari setengah sampel darah mempertahankan antibodi yang sepenuhnya menetralkan sampel varian Beta.

Tetapi pada enam bulan, 96% sampel juga memiliki respons antibodi penuh terhadap varian Delta.

Baca juga: Kemanjuran Vaksin Moderna Capai 93 Persen, Bertahan Selama 6 Bulan

Ilustrasi vaksin Pfizer-BioNTech dan vaksin Moderna yang berbasis messenger RNA (mRNA), berhasil memberikan perlindungan pada ibu hamil, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Studi pada dosis vaksin Covid-19 mRNA ini memberi harapan untuk melindungi populasi ini dari infeksi virus corona.SHUTTERSTOCK/Nixx Photography Ilustrasi vaksin Pfizer-BioNTech dan vaksin Moderna yang berbasis messenger RNA (mRNA), berhasil memberikan perlindungan pada ibu hamil, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Studi pada dosis vaksin Covid-19 mRNA ini memberi harapan untuk melindungi populasi ini dari infeksi virus corona.

Namun, peneliti mengingatkan, antibodi tidak bekerja sendirian. Seiring waktu, orang akan menumbuhkan sel kekebalan yang disebut sel B dan T yang juga melindungi dari virus corona.

"Individu yang menunjukkan respons imun yang berkurang dari waktu ke waktu, cenderung memiliki sel B memori yang mampu memberikan respons anamnestik (peningkatan) terhadap varian tersebut atau berpotensi dengan dosis vaksin tambahan," tulis tim peneliti dalam laporannya.

Mereka juga hanya menemukan sedikit bukti, bahwa kekebalan berkurang lebih cepat pada orang dewasa yang lebih tua. Hal ini ditemukan, karena peneliti membagi sampel darah mereka ke dalam kelompok berdasarkan usia.

Baca juga: Didatangkan dari AS, Ini Efikasi dan Efek Samping Vaksin Moderna

"Yang penting, banyak subjek dalam kelompok usia tua mempertahankan aktivitas penetralan terhadap varian enam bulan setelah dosis vaksin kedua," tulis mereka.

Karena varian yang berbeda memiliki mutasi genetik yang berbeda, jadi peneliti juga mengujinya satu per satu.

Penyebab utama dalam respons imun yang lebih lemah adalah mutasi E484K, yang terlihat pada varian virus Beta, Gamma, dan Iota, tetapi tidak pada Delta.

“Sementara studi tambahan masih diperlukan, untuk mengatasi dampak varian baru yang pasti akan muncul di area infeksi virus yang intens, data kami mendorong penggunaan vaksin ini dalam menghadapi variasi virus,” tulis peneliti.

Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) telah siap untuk mengesahkan dosis booster untuk orang yang tidak pernah memiliki banyak respons imun terhadap dua dosis pertama vaksin Moderna dan Pfizer -- yang menggunakan teknologi mRNA serupa.

Namun pejabat kesehatan AS mengatakan, terlalu dini untuk mempertimbangkan dosis booster karena kekebalan yang berkurang.

"Kami yakin cepat atau lambat, Anda akan membutuhkan booster untuk daya tahan dan perlindungan," kata Anthony Fauci dalam pengarahan Tim Tanggap Covid-19 Gedung Putih, Kamis lalu.

"Tapi, kami tidak yakin, bahwa orang lanjut usia atau non-lansia, yang tidak mengalami gangguan kekebalan memerlukan vaksin booster saat ini."

Baca juga: Apa Bedanya Moderna dengan Vaksin Lainnya? Ini Rangkuman Singkatnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com