Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara Turunkan Kasus Kematian Pasien Covid-19 yang Melakukan Isoman di Rumah

Kompas.com - 30/07/2021, 21:15 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 belum juga berakhir, bahkan angka kasus infeksi baru dan kematian pasien isolasi mandiri (isoman) akibat infeksi Covid-19 juga tinggi di Indonesia.

Menurut data Covid-19 di Indonesia hingga Rabu, 28 Juli 2021, tingkat kematian kasus Covid-19 (case fatality rate) adalah 2,70 persen. 

Angka tersebut lebih tinggi dibanding angka rata-rata dunia (2,14 persen) dan tingkat kematian kasus di Asia (1,44 persen).

Baca juga: Penyebab Kasus Covid-19 dan Kematian di Asia Tenggara Meningkat Tajam

Dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada 22 Juli 2021, Said Fariz Hibban, Analis Data Lapor Covid-19, menyebutkan bahwa terdapat 2.313 korban jiwa akibat isolasi mandiri. 

Data ini didapatkan dari rekapan kematian yang dilakukan oleh Lapor Covid-19 untuk periode 1 Juni hingga 21 Juli 2021.

Diketahui bahwa penyebab meningkatnya angka kematian pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah adalah sebagai berikut.

1. Pasien isoman adalah mereka yang bergejala berat 

2. Oveload pasien di rumah sakit

3. Langkanya obat dan oksigen

4. Sistem kesehatan Indonesia yang tidak siap

5. Sub sistem kesehatan pemberdayaan masyarakat gagal

Dengan berbagai kondisi tersebut, berikut beberapa solusi dari para ahli untuk menurunkan risiko peningkatan kematian pasien Covid-19.

1. Jangan dirawat di rumah

Dokter Spesialis Paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dari Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Erlina Burhan MSc SpP(K) mengatakan, penyebab meningkatnya kematian pasien Covid-19 saat isoman adalah karena pasien sudah dalam kondisi bergejala berat.

"Sepertinya (kematian pasien Covid-19 isoman itu meningkat) karena yang isoman itu banyak yang sudah (bergejala) berat," kata Erlina kepada Kompas.com, Jumat (30/7/2021). 

"Padahal, isoman itu hanya untuk yang tidak bergejala atau yang bergejala ringan," imbuhnya.

Oleh karena itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Daeng M Faqih SH Mh menegaskan, untuk dapat menurunkan risiko kematian pasien Covid-19 di Indonesia ini, maka pasien yang bergejala tidak ringan jangan dirawat atau isoman di rumah.

"Kalau bisa pasien tidak dirawat di rumah, harus dirawat dengan pendampingan oleh dokter dan nakes (tenaga kesehatan)," kata dia.

Baca juga: 5 Penyebab Banyak Pasien Covid-19 Meninggal Dunia Saat Isoman

Ilustrasi isolasi mandiri.SHUTTERSTOCK/StockLite Ilustrasi isolasi mandiri.

2. Dirikan shelter perawatan

Selanjutnya, dengan kondisi pasien Covid-19 yang sudah overload saat ini, harusnya pemerintah dengan sigap mendirikan shelter-shelter sebagai tambahan ruang perawatan, selain rumah sakit.

Shelter-shelter bisa diperuntukkan terutama bagi pasien yang bergejala tidak ringan dan harus segera mendapatkan perawatan yang semestinya.

"Makanya harus cepat didirikan shelter-shelter untuk tambahan tempat perawatan," tegas Daeng.

Baca juga: Apa Itu Kasus Probable Covid-19? Sering Tak Tercatat Dalam Data Kematian

3. Atasi kelangkaan obat dan oksigen

Seperti kita ketahui, masyarakat di sejumlah daerah beberapa waktu lalu, bahkan hingga saat ini masih kerap mengeluhkan susahnya mencari obat dan juga tabung oksigen untuk keluarganya yang membutuhkannya akibat sakit Covid-19.

Jika kelangkaan ini tidak segera di atasi dengan baik dan bijak oleh pemerintah, maka pasien dengan gejala atau keluhan berat bisa semakin parah dan meningkatkan risiko kematian.

Oleh sebab itu, solusi ketiga yang diberikan Daeng adalah pemerintah harus segera mengatasi kelangkaan obat dan oksigen bagi pasien Covid-19 yang membutuhkan.

"Kemudian juga segera atasi kelangkaan obat dan oksigen (untuk pasien Covid-19)," tuturnya.

4. Perawatan isoman diperketat

Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas), Irwandy, SKM, MScPH MKes mengatakan, untuk ke depannya perawatan isoman harus lebih diperketat lagi.

Di lapangan, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang merasa takut untuk mengungkapkan kepada lingkungan sekitarnya, bahwa mereka sedang terinfeksi dan sedang melakukan isolasi mandiri. Ini karena stigma negatif yang masih melekat di masyarakat.

"Saya kira ke depannya, isolasi mandiri ini harus benar-benar diperketat," tegas Irwandy.

Dia berkata, pemerintah harus memastikan bahwa mereka yang melakukan isolasi mandiri benar-benar layak, baik itu dari segi kondisi kesehatan, rumah tempat isolasi, hingga dukungan keluarga dan lingkungan sosial. 

"Dan harus ada sistem untuk dapat memonitor mereka secara terus menerus," ujar Irwandy.

5. Isolasi terpusat

Namun, jika pemerintah pusat atau pemerintah daerah tidak mampu memastikan hal tesebut, Irwandy menyarankan untuk mengisolasi pasien bergejala ringan dan tidak bergejala secara terpusat. 

"Ini akan lebih efektif dan aman untuk ditempuh demi mencegah semakin banyaknya kasus kematian, serta membantu mengurangi pemakaian tempat tidur rumah sakit," kata Irwandy.

Dia mengingatkan, tugas pemerintah pusat saat ini memastikan bahwa tempat isolasi terpusat yang dikembangkan oleh pemerintah daerah saat ini benar-benar telah sesuai standar kelayakan, kenyamanan, dan keamanan, baik bagi pasien, petugas kesehatan, dan masyarakat.

Baca juga: Syarat Rumah yang Bisa Dipakai Isolasi Mandiri Menurut Dokter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com