Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Doping Atlet Pesaing Windy Cantika Aisah, Apa Itu Doping dan Risikonya?

Kompas.com - 29/07/2021, 18:11 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Isu doping santer berhembus menerpa lifter China, Hou Zhihui. Atlet pesaing Windy Cantika Aisah ini diisukan menggunakan doping saat turun di kelas 49 kg angkat besi putri di Olimpiade Tokyo 2020.

Seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (28/7/2021), rumor itu ramai dibicarakan setelah diberitakan kantor berita India, Asian News Internasional (ANI) pada Senin (26/7/2021).

Hingga saat ini, seperti diberitakan Antara, Indonesia masih menunggu keputusan resmi Komite Internasional (IOC), Badan Anti-Doping Dunia (WADA), dan Panitia Penyelenggara Olimpiade (TOCOG) terkait hal tersebut.

Hou Zhihui meraih medali emas cabang olahraga angkat besi putri di kelas 49 kg di perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.

"Memang belum ada berita secara resmi," ucap Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PABSI Hadi Wiharja.

Menurut Hadi, kepastian mengenai kemungkinan lifter China menggunakan doping bisa ditunggu sekitar sepekan ke depan.

Baca juga: Butuh Banyak Energi Untuk Lomba, Begini Diet Sehat Ala Atlet Olimpiade

 

Isu doping di antara para atlet di tengah perhelatan olahraga, yang dirumorkan digunakan pesaing Windy Cantika Aisah dari China, tidak hanya terjadi di Olimpiade Tokyo 2020.

Kasus isu doping seperti yang dirumorkan pada lifter China pesaing Windy Cantika Aisah, juga pernah terjadi di Olimpiade Sydney 2000, kata Hadi.

Namun, sebenarnya apa itu doping, dan bagaimana risikonya terhadap kesehatan?

Dikutip dari BBC, (19/8/2015) doping adalah saat di mana atlet mengambil zat ilegal untuk meningkatkan performa mereka saat berkompetisi.

Atlet yang menggunakan doping dalam olahraga, umumnya untuk membuat agar performa atau penampilan mereka menjadi lebih baik saat bertanding dalam kompetisi olahraga.

Selain untuk kepuasan dalam pencapaian pribadi, atlet sering mengejar impian untuk memenangkan medali.

Isu doping yang beredar tentang penggunaan obat-obatan ini yang dirumorkan kepada pesaing atlet angkat besi Windy Cantika Aisah, Hou Zhihui di ajang Olimpiade Tokyo 2020 adalah hal yang dianggap dapat merusak dunia olahraga.

Baca juga: Ahli Jelaskan Bagaimana Atlet Bisa Terkena Serangan Jantung

Ilustrasi obat steroid anabolik. Obat peningkat kinerja atau performa atlet seringkali digunakan atlet sebagai doping saat bertanding di kompetisi olahraga.SHUTTERSTOCK/PCPartStudio Ilustrasi obat steroid anabolik. Obat peningkat kinerja atau performa atlet seringkali digunakan atlet sebagai doping saat bertanding di kompetisi olahraga.

Menurut Badan Anti-Doping Inggris, zat dan metode peningkat kinerja dilarang jika memenuhi setidaknya dua dari tiga kriteria. Di antaranya obat itu meningkatkan performa, menimbulkan ancaman bagi kesehatan atlet dan melanggar semangat olahraga.

Dilansir dari Mayo Clinic, dalam lingkungan seperti itu, penggunaan obat peningkat kinerja menjadi semakin umum. Akan tetapi menggunakaan obat peningkat kinerja atau doping memiliki risiko.

Ada beberapa jenis obat peningkat kinerja atau doping. Kendati memberikan manfaat dalam meningkatkan performa, namun manfaatnya tidak sebanding dengan risiko yang dapat ditimbulkan.

Steroid anabolik banyak digunakan atlet

Steroid anabolik adalah jenis doping yang sering digunakan oleh beberapa atlet. Steroid anabolik atau androgenik, digunakan para atlet untuk meningkatkan massa dan kekuatan otot mereka.

Untuk diketahui, bahwa manusia memiliki hormon steroid anabolik utama yang diproduksi oleh tubuh, yakni testosteron.

Baca juga: Atlet Sea Games Dipulangkan karena Tak Perawan, Dokter Angkat Bicara

 

Testosteron memiliki dua efek utama pada tubuh, yakni efek anabolik dapat meningkatkan pembentukan otot dan efek androgenik bertanggung jawab atas karakteristik pria, seperti pertumbuhan jenggot dan suara yang lebih dalam.

Beberapa atlet mengambil testosteron langusng untuk meningkatkan performa mereka. Jenis steroid anabolik yang digunakan para atlet, seringkali merupakan modifikasi sintetis dari testosteron.

Kendati hormon-hormon ini telah disetujui untuk digunakan dalam ranah medis, namun tidak untuk dipergunakan dalam meningkatkan performa atlet saat berlaga di ajang kompetisi olahraga.

Lantas, apa yang membuat obat-obat doping ini menarik bagi para atlet?

Selain dapat membuat otot lebih besar, steroid anabolik dapat mengurangi kerusakan otot yang dapat terjadi selama latihan keras. Bahkan, obat-obat ini dapat membantu atlet pulih lebih cepat dan memungkinkan mereka untuk lebih keras lagi dalam berolahraga.

Beberapa atlet, serta non-atlet, mungkin menyukai penampilan berotot yang mereka dapatkan ketika mereka menggunakan obat-obatan

Baca juga: Kursi Roda Atlet Asian Para Games Miring Keluar, Apa Sebab?

Hou Zhihui dari China berlaga di cabang angkat besi 49kg putri, memenangkan medali emas dan memecahkan rekor Olimpiade di Olimpiade Musim Panas 2020, Sabtu, 24 Juli 2021, di Tokyo, Jepang. AP PHOTO/LUCA BRUNO Hou Zhihui dari China berlaga di cabang angkat besi 49kg putri, memenangkan medali emas dan memecahkan rekor Olimpiade di Olimpiade Musim Panas 2020, Sabtu, 24 Juli 2021, di Tokyo, Jepang.

Risiko obat-obat doping

Kelas steroid anabolik yang sangat berbahaya adalah yang disebut designer steroid atau obat perancang, steroid sintetis yang telah dibuat secara ilegal agar tidak terdeteksi oleh tes obat saat ini.

Obat ini dibuat khusus untuk atlet dan tidak memiliki penggunaan medis yang disetujui. Oleh sebab itu, obat ini belum diuji atau disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) dan merupakan ancaman kesehatan tertentu bagi atlet.

Banyak atlet yang menggunakan steroid anabolik dengan dosis yang jauh lebih tinggi dari yang diresepkan untuk alasan medis. Namun demikian, efek doping ini bisa memberikan dampak atau efek serius secara fisik.

Efek samping doping pada pria atau atlet pria, dapat menimbulkan beberapa efek, antara lain sebagai berikut:

  • Payudara menonjol
  • Testis mengecil
  • infertilitas
  • Pembesaran kelenjar prostat

Baca juga: Temuan Baru, Atlet Wanita Lebih Mungkin Mengalami Gegar Otak

 

Sedangkan, risiko doping atau efek samping penggunaan obat steroid anabolik dapat menyebabkan, beberapa efek seperti berikut.

  • Suara yang lebih dalam, yang mungkin tidak dapat diubah
  • Klitoris yang membesar, yang mungkin tidak dapat diubah
  • Rambut tubuh bertambah
  • Kebotakan, yang mungkin tidak dapat diubah
  • Memengaruhi masa menstruasi

Kendati demikian, baik pria maupun wanita yang menggunakan doping steroid anabolik dapat mengalami beberapa efek samping berikut.

  • Jerawat parah
  • Peningkatan risiko tendinitis dan ruptur tendon
  • Kelainan hati dan tumor
  • Peningkatan kolesterol low-density lipoprotein (LDL) (kolesterol jahat)
  • Menurunkan kolesterol high-density lipoprotein (HDL) (kolesterol baik)
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Masalah jantung dan sirkulasi darah
  • Perilaku agresif, kemarahan atau kekerasan
  • Gangguan kejiwaan, seperti depresi
  • Ketergantungan obat
  • Infeksi atau penyakit seperti HIV atau hepatitis jika Anda menyuntikkan narkoba
  • Pertumbuhan dan perkembangan terhambat, dan risiko masalah kesehatan di masa depan pada remaja

Menggunakan steroid anabolik-androgenik untuk doping dalam meningkatkan kinerja atletik dilarang oleh sebagian besar organisasi olahraga dan itu dianggap ilegal.

Baca juga: Atlet Olimpiade Juga Alami Sakit Jantung

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com