Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Bikin Atlas untuk Memetakan Antibodi terhadap Virus Corona, Untuk Apa?

Kompas.com - 26/07/2021, 09:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG

Selanjutnya, mereka mempelajari bagaimana antibodi ini, serta antibodi lain yang telah dicirikan oleh para ilmuwan, mengikat model protein spike virus SARS-CoV-2 dari varian Alpha (B.1.1.7), varian Beta (B.1.351) dan varian Gamma (P.1). Sementara, analisis terhadap varian Delta, saat ini sedang berlangsung.

Secara keseluruhan, para penulis mengkonfirmasi bahwa ratusan antibodi yang mereka pelajari sebagian besar mengikat tujuh "jejak kaki" utama pada protein spike virus corona SARS-CoV-2.

Sementara banyak dari antibodi ini "bersaing" untuk mengikat ke daerah yang sama dari versi awal protein spike virus SARS-CoV-2. Ketika strain yang lebih baru muncul, beberapa antibodi ini kehilangan potensinya, sementara yang lain muncul sebagai penetral yang responsif secara luas.

Secara khusus, antibodi yang mengikat dua daerah di protein spike ini, yang disebut RBD-2 dan NTD-1, yakni penetral paling kuat dari bentuk awal protein spike.

Varian spike B.1.351 (varian Beta) terbukti menunjukkan kemampuan terbesar dalam menghindari gudang antibodi yang ada, lolos dari banyak antibodi pengikat RBD-2 dan NTD-1.

Baca juga: Studi Buktikan, Respons Antibodi OTG Lebih Lemah Terhadap Virus Corona

 

Beberapa antibodi yang mengikat wilayah lain, yang disebut S2-1, dapat mengenali protein spike dari virus terkait yang lebih jauh seperti MERS, SARS, dan virus corona flu biasa.

"Membuat antibodi berbeda yang saling bersaing untuk satu wilayah virus, memungkinkan sistem kekebalan menjadi lebih fleksibel," kata Wesemann.

Wesemann menambahkan pengenalan yang berlebihan oleh antibodi yang menargetkan jejak yang sama dari satu versi virus memberikan kedalaman pengenalan jejak yang sama pada varian virus corona.

Selain itu, beberapa antibodi mempertahankan potensi netralisasi tinggi terhadap semua varian baru.

"Sekarang kami dapat mengidentifikasi antibodi yang lebih reaktif secara luas terhadap semua varian, kami dapat memikirkan bagaimana memunculkannya lebih kuat dalam vaksin," jelas Wesemann.

Baca juga: Akurasi 100 Persen, Inggris Siap Gunakan Tes Antibodi Virus Corona ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com