Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ilmuwan Bikin Atlas untuk Memetakan Antibodi terhadap Virus Corona, Untuk Apa?

KOMPAS.com - Dalam studi baru, para ilmuwan membuat 'atlas' untuk memetakan antibodi yang dihasilkan oleh vaksin dalam melawan virus corona.

Dilansir dari Phys, Senin (26/7/2021), saat virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, terus berkembang, para ahli imunologi dan ahli penyakit menular ingin tahu apakah varian baru virus corona ini resisten terhadap antibodi manusia yang mengenali versi awal virus.

Vaksin yang ada saat ini, dikembangkan untuk melawan Covid-19, berdasarkan kimia dan kode genetik dari virus corona awal.

Namun, vaksin Covid-19 saat ini memberikan perlindungan yang lebih sedikit jika antibodi yang mereka bantu produksinya tidak menangkis jenis virus baru.

Untuk memahami antibodi vaksin Covid-19 dapat berdampak pada virus corona, sekarang para peneliti dari Brigham and Women's Hospital, Massachusetts, Amerika Serikat, dan berkolaborasi dengan ilmuwan lainnya, telah menciptakan 'atlas'.

Atlas ini dibuat para ilmuwan untuk memetakan bagaimana 152 antibodi berbeda menyerang bagian utama dari mesin SARS-CoV-2, protein spike, seperti yang telah berkembang sejak 2020.

Vaksin booster yang tepat

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Cell, telah menyoroti antibodi yang mampu menetralkan galur yang lebih baru, sambil mengidentifikasi daerah protein spike yang menjadi lebih tahan terhadap serangan.

"Data yang muncul menunjukkan bahwa vaksin masih memberikan perlindungan dari varian baru SARS-CoV-2, dan penelitian kami menunjukkan cara kerjanya dari sudut pandang antibodi," kata penulis terkait Duane Wesemann, MD, Ph.D., dari Divisi Alergi dan Imunologi Klinis dan Divisi Genetika di Brigham dan profesor di Harvard Medical School.

Wesemann mengatakan bahwa data ini dapat membantu mereka memikirkan jenis vaksin booster terbaik dengan mempelajari bagaimana repertoar antibodi manusia mengenali protein spike virus corona.

Dalam membuat atlas antibodi vaksin terhadap virus corona ini, para ilmuwan memeriksa sel Memori B penghasil antibodi dari 19 pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 pada Maret 2020, sebelum munculnya varian baru.

Selanjutnya, mereka mempelajari bagaimana antibodi ini, serta antibodi lain yang telah dicirikan oleh para ilmuwan, mengikat model protein spike virus SARS-CoV-2 dari varian Alpha (B.1.1.7), varian Beta (B.1.351) dan varian Gamma (P.1). Sementara, analisis terhadap varian Delta, saat ini sedang berlangsung.

Secara keseluruhan, para penulis mengkonfirmasi bahwa ratusan antibodi yang mereka pelajari sebagian besar mengikat tujuh "jejak kaki" utama pada protein spike virus corona SARS-CoV-2.

Sementara banyak dari antibodi ini "bersaing" untuk mengikat ke daerah yang sama dari versi awal protein spike virus SARS-CoV-2. Ketika strain yang lebih baru muncul, beberapa antibodi ini kehilangan potensinya, sementara yang lain muncul sebagai penetral yang responsif secara luas.

Secara khusus, antibodi yang mengikat dua daerah di protein spike ini, yang disebut RBD-2 dan NTD-1, yakni penetral paling kuat dari bentuk awal protein spike.

Varian spike B.1.351 (varian Beta) terbukti menunjukkan kemampuan terbesar dalam menghindari gudang antibodi yang ada, lolos dari banyak antibodi pengikat RBD-2 dan NTD-1.

Beberapa antibodi yang mengikat wilayah lain, yang disebut S2-1, dapat mengenali protein spike dari virus terkait yang lebih jauh seperti MERS, SARS, dan virus corona flu biasa.

"Membuat antibodi berbeda yang saling bersaing untuk satu wilayah virus, memungkinkan sistem kekebalan menjadi lebih fleksibel," kata Wesemann.

Wesemann menambahkan pengenalan yang berlebihan oleh antibodi yang menargetkan jejak yang sama dari satu versi virus memberikan kedalaman pengenalan jejak yang sama pada varian virus corona.

Selain itu, beberapa antibodi mempertahankan potensi netralisasi tinggi terhadap semua varian baru.

"Sekarang kami dapat mengidentifikasi antibodi yang lebih reaktif secara luas terhadap semua varian, kami dapat memikirkan bagaimana memunculkannya lebih kuat dalam vaksin," jelas Wesemann.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/26/090300123/ilmuwan-bikin-atlas-untuk-memetakan-antibodi-terhadap-virus-corona-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke