Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Vaksin AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah? Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 21/06/2021, 16:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Sejak awal mulai didistribusikan, banyak sekali isu negatif yang beredar mengenai vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca dan membuat masyarakat khawatir, serta enggan mendapatkan suntikan vaksinasi dari produk tersebut.

Ketakutan itu bertambah, terlebih dengan kabar kematian 3 orang partisipan vaksinasi Covid-19 setelah mendapatkan dosis suntikan vaksin AstraZeneca beberapa waktu lalu.

Padahal, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Prof Hindra Irawan Satari menegaskan bahwa kematian tiga orang tersebut dipastikan tidak berhubungan dengan vaksin AstraZeneca.

Tiga kejadian kematian itu dilaporkan dua di Jakarta dan satu di Ambon, Maluku. Kedua kasus ini telah dipastikan akibat infeksi Covid-19 dan terjadinya radang paru.

Satu yang masih dalam penelitian adalah kasus kematian pasca-vaksinasi yang ada di Jakarta, atas nama Trio Fauqi Virdaus (22), warga Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Prof Hindra menyatakan, kasus Trio memang masih perlu diinvestigasi mendalam mengenai kausalitasnya dengan vaksin AstraZeneca, dan telah dilakukan diotopsi pada hari Senin, 24 Mei 2021 yang lalu.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca, Benarkah Ada Risiko Pembekuan Darah?

 

Berkaitan dengan persoalan tersebut, banyak masyarakat yang mempertanyakan keamanan dan mengaitkan kasus kematian itu akibat pembekuan darah yang terjadi setelah disuntik vaksin AstraZeneca.

Lantas, benarkah vaksin AstraZeneca dapat menyebabkan pembekuan darah?

Guru Besar Fakultas Farmasi UGM & Mantan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Prof Zullies Ikawati, PhD, Apt mengatakan, dari hasil evaluasi European Medicines Agency (EMA), sejauh ini memang dijumpai ada hubungan kuat antara kejadian pembekuan darah dengan penggunaan vaksin AstraZeneca.

"Tetapi kejadiannya sangat jarang," kata Prof Zullies dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/6/2021).

Sampai tanggal 5 Mei 2021, di Eropa telah ada laporan kejadian pembekuan darah akibat vaksin ini sebanyak 262 kasus, dengan 51 kasus di antaranya meninggal, dari penggunaan sebanyak 30 juta dosis vaksin.

"Jika dihitung, maka persentase kejadiannya sangat kecil sekali," ujarnya.

Maka dari itu, European Medicines Agency atau Badan Pengawas Obat Eropa, masih menilai bahwa kalau pun vaksin ini memang dapat menyebabkan reaksi pembekuan darah, manfaatnya masih lebih besar daripada risikonya, sehingga vaksin AstraZeneca tetap boleh diberikan.

Baca juga: BPOM Eropa Temukan Hubungan Vaksin AstraZeneca dan Pembekuan Darah

Ilustrasi vaksin AstraZenecaShutterstock/Dimitris Barletis Ilustrasi vaksin AstraZeneca

Penyebab pembekuan darah vaksin AstraZeneca

Prof Zullies menjelaskan, mekanisme penyebab pembekuan darah akibat dosis vaksin AstraZeneca ini pastinya masih dipelajari.

Akan tetapi, seorang peneliti Jerman, Greinacher, menduga bahwa reaksi pembekuan darah yang jarang ini berkaitan dengan platform vaksinnya, yaitu viral vector yang menggunakan adenovirus.

"Memang belum bisa dipastikan, tetapi penelitian sebelumnya menggunakan platform adenovirus ternyata menghasilkan reaksi yang sama, yaitu aktivasi platelet yang menyebabkan pembekuan darah," jelasnya.

Selain itu, reaksi yang sama ternyata juga dijumpai pada penggunaan vaksin Johnson & Johnson yang menggunakan platform yang sama, yaitu adenovirus.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin AstraZeneca Efektif 92 Persen Lawan Varian Delta

 

Penggunaan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson sempat dihentikan di Amerika dan setelah dievaluasi bisa digunakan kembali.

Diduga ada reaksi imun yang berlebihan terhadap vaksin yang berasal dari adenovirus, ketika vaksin tersebut berikatan dengan platelet, kemudian memicu serangkaian reaksi imun yang menyebabkan terjadinya pembekuan darah.

Lebih lanjut, kata Prof Zullies, reaksi ini sebenarnya bisa membaik sendiri, tetapi ada yang bisa berakibat fatal.

Reaksi semacam ini mirip dengan reaksi yang dijumpai pada pasien yang sensitif terhadap heparin, suatu obat pengencer darah.

"Alih-alih mengencerkan darah, malah yang terjadi darahnya membeku," tuturnya.

Reaksi ini disebut heparin-induced thrombocytopenia and thrombosis (HITT or HIT type 2).

Baca juga: Vaksinasi Vaksin AstraZeneca di Sulawesi Utara Dihentikan Sementara, Apa Masalahnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com