Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kearifan Lokal Tanda Tsunami Versi Masyarakat, Ikan Terdampar hingga Suara Gemuruh

Kompas.com - 12/06/2021, 18:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Kearifan lokal di tengah masyarakat Indonesia mengaitkan suatu peristiwa maupun bencana alam. Termasuk tanda-tanda tsunami yang banyak dikaitkan dengan bukti-bukti yang belum terbukti secara sainstifik.

Pemahaman atau kepercayaan masyarakat ini disebut dengan kearifan lokal.

Ahli Tsunami Indonesia Widjo Kongko mengatakan, sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi dengan pasti kapan, di mana, dan seberapa besar suatu gempa akan terjadi.

"Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa prediksi gempa yang sebabkan tsunami," kata Widjo kepada Kompas.com, Jumat (11/6/2021).

Widjo menambahkan, belum ada kajian yang mapan bagaimana hewan laut atau ikan dan atau fenomena air laut yang relevan sebagai precusor atau prediksi gempa bumi dan tsunami.

"Saya kira yang saat ini terjadi yaitu adanya ikan minggir bisa saja karena faktor lain, dan ini beberapa kali sudah pernah terjadi sebelumnya dan tidak diikuti gempa atau tsunami," jelas Widjo saat dihubungi terpisah.

Baca juga: Kerap Menelan Korban Jiwa, Apa Saja Tanda Akan Terjadi Tsunami?

 

Sementara itu, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Universitas Gadjah Mada, Gayatri Indah Marliyani ikut menambahkan.

Menurut Gayatri, memang apa yang terjadi di alam bisa saja berkaitan, tetapi belum ada bukti yang valid untuk menyatakan suatu fenomena seperti ikan-ikan terdampar, air laut berbau, ataupun burung-burung berpindah dan lain sebagainya sebagai pertanda pasti akan terjadi tsunami.

Kearifan lokal tanda tsunami versi masyarakat

Widjo menjelaskan, kearifan lokal adalah sebuah cerita atau syair yang turun temurun diwariskan kepada anak-cucu mengenai suatu fenomena sebagai peringatan terjadinya gempa yang akan diikuti gelombang besar, laut meluap ataupun tsunami.

Baca juga: Ahli Tegaskan Banyak Ikan Minggir dan Laut Berbau, Bukan Tanda Tsunami

 

Memang, kata dia, kearifan lokal ini efektif saat gempa 2004, saat tsunami melanda di Pulau Simelue, Provinsi Aceh, dengan korban minimal.

"Tetapi, kearifan ini perlu disari-kembangkan sesuai konteks saat ini dan dengan dasar nilai-nilai atau kaidah sains," tegasnya.

Menurutnya, setiap wilayah atau daerah memiliki kepercayaan yang berbeda-beda mengenai pertanda bencana tsunami ini, karena bersifat lokal dan lekat dengan budaya.

"Sayang saya belum nemu catatan atau buku, atau referensi kompilasi kearifan lokal (lengkap) terkait mitigasi bencana di seluruh nusantara," ujarnya.

Adapun, sejauh ini berikut beberapa kearifan lokal mengenai tanda-tanda tsunami yang dipercayai oleh masyarakat.

Baca juga: Potensi Tsunami di Indonesia, Ingat Konsep 20-20-20

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com