Prof Irwandy menekankan bahwa kedua faktor ini harus diperhatikan, dipetakan masalahnya dan kemudian diintervensi agar ke depan tidak terjadi lagi.
"Standar minimalnya kematian pasien sebelum 24 jam di rumah sakit adalah kurang dari 2 per 1000 kasus," ungkap Prof Irwandy.
Prof Irwandy menambahkan bahwa itu merupakan standar minimal rumah sakit, dan kasus pasien meninggal dunia dalam 24 jam setelah perawatan jarang terjadi.
"Kecuali pada keadaan bencana seperti pandemi saat ini," imbuhnya.
Mengingat angka kasus infeksi maupun kematian terus naik, apa yang bisa dipelajari dari kasus Covid-19 Madura dan Kudus?
Prof Irwandy menjelaskan bahwa dari sisi pre-hospital atau pra-rumah sakit, pemerintah daerah harus meningkatkan kemampuan testing dan tracing.
"Agar penderita segera dapat ditemukan sebelum keadaannya memburuk dan mendapatkan perawatan," jelas Prof Irwandy.
Selain itu, sistem rujukan antar rumah sakit dalam daerah dan antar daerah juga harus disiapkan, lanjut Prof Irwandy.
Baca juga: Studi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jumlahnya Jauh Lebih Banyak dari Data Resmi
Dari sisi rumah sakit, Prof Irwandy menyarankan agar persiapan dilakukan dengan baik. Di antaranya penyiapan tempat tidur, peralatan, obat, oksigen dan SDM dalam hal ini tenaga kesehatan juga sangat penting.
"Apalagi kasus di Bangkalan dan Kudus, infeksi Covid-19 juga banyak terjadi di antara para tenaga kesehatan," ungkap Prof Irwandy.
Di Kudus, banyak tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19. Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (7/6/2021), terdapat lebih dari 300 nakes yang terpapar Covid-19.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah mengirimkan dokter dan perawat, bekerjasama dengan IDI, untuk mengisi dan mengurangi tekanan tenaga kesehatan di sana yang banyak terinfeksi Covid-19.
Prof Irwandy menambahkan tingginya angka penularan Covid-19 di antara tenaga kesehatan menjadi pelajaran berharga.
Lebih lanjut Prof Irwandy mengatakan, kapasitas atau daya tampung rumah sakit kita juga sangat ditentukan oleh kesiapan dan ketersediaan tenaga kesehatan.
"Penyiapan dan perlindungan SDM kesehatan jangan kendor, karena anggapan vaksinasi, Kudus dan Bangkalan memberi pelajaran berharga soal ini," jelas Prof Irwandy.
Baca juga: Kasus Covid-19 Harian Melonjak, WHO Peringatkan Bahaya Varian India
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.