Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Varian Baru Virus Corona Tak Terdeteksi Tes Antigen? Begini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 23/05/2021, 20:15 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Berbagai varian baru virus corona telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Masuknya varian baru virus corona tersebut berasal dari para turis luar negeri yang datang ke Indonesia.

Kementerian Kesehatan telah mengonfirmasi tiga varian baru virus corona yang telah masuk ke Indonesia. Ketiganya adalah varian B.1.1.7 dari Inggris, varian B.1.351 dari Afrika Selatan, dan varian B.1.617 dari India.

Seperti yang telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengatakan, ketiga varian baru tersebut masuk dalam kategori variant of concern atau mutasi yang memang sangat diperhatikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Salah satu alasannya, karena lebih mudah menular.

Baca juga: 3 Varian Virus Corona yang Masuk ke Indonesia, Kenali Gejala hingga Bahayanya

Masalahnya, beredar kabar yang menyebut jika tes antigen dan PCR (Polymerase Chain Reaction) tidak bisa mendeteksi varian baru virus corona. Benarkah demikian?

Menanggapi hal tersebut, ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo mengatakan dengan tegas, bahwa hal tersebut tidak benar.

Menurutnya, tes PCR dan rapid test antigen masih bisa mendeteksi semua varian baru virus corona, termasuk varian B.1.617 dari India.

“Tidak benar itu, tes antigen tentu masih bisa menangkap semua varian,” ujarnya pada Kompas.com.

Lebih lanjut ia menjelaskan, tes tersebut mendeteksi protein nukleokapsid pada virus, yang mana akan selalu lestari dan dan tidak akan berubah.

“Yang bisa berubah pada setiap varian virus itu sebenarnya protein spike,” imbuhnya.

Sebagai informasi, protein spike atau protein lonjakan adalah pintu masuk virus ke dalam sel manusia. Protein spike ini berbentuk tonjolan paku yang tersebar di permukaan virus corona.

Meski varian baru virus corona terus bermunculan, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penularan masih tetap sama, yaitu disiplin menerapkan protokol kesehatan 5 M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.

Baca juga: Ada Lebih dari 6.600 Mutasi Virus Corona, Apa Semua Varian Berbahaya?

Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.

Sementara itu, penting bagi pemerintah untuk tetap menerapkan 3T, testing, tracing, dan treatment.

Selain itu, mendapatkan vaksin Covid-19 bagi kelompok yang telah mendapat kesempatan.

Variant of Concern

Sejak kemunculannya dan menyebabkan pandemi Covid-19 awal tahun lalu, virus corona terus bermutasi.

Para pakar menyebut, mutasi virus adalah sesuatu yang pasti terjadi dan tak bisa dihindari, karena merupakan upaya virus corona untuk bertahan hidup.

Strain baru virus corona ini bahkan muncul setiap hari, karena virus terus bermutasi. Tetapi, hanya segelintir yang masuk dalam daftar pantauan resmi WHO dan dilabeli sebagai varian yang sangat diperhatikan atau variant of concern.

Varian ini, secara umum didefinisikan sebagai strain yang bermutasi lebih menular, lebih mematikan, dan lebih kebal terhadap vaksin dan perawatan yang ada saat ini.

Varian baru virus corona yang telah masuk ke Indonesia, yaitu varian B.1.1.7, varian B.1.351, dan varian B.1.617, ketiganya masuk dalam daftar variant of concern.

Baca juga: Studi: 2 Jenis Vaksin Ini Efektif Lawan Varian Covid-19 India B.1.617

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com