KOMPAS.com - Dua dosis vaksin Covid-19 memiliki keefektifan dalam melawan varian virus corona B.1.617, jenis yang menyebar cepat dan diidentifikasi pertama kali di India.
Menurut pejabat kesehatan Inggris pada Sabtu (22/5/2021), kedua vaksin itu adalah vaksin buatan Pfizer dan AstraZeneca. Keefektifannya hampir mirip dengan varian B.1.1.7 atau yang sering dijuluki varian Kent.
Kedua vaksin tersebut sangat efektif melawan varian B.1.617 setelah diberikan dua dosis suntikan.
Dilansir dari Reuters, Minggu (23/5/2021), kedua vaksin hanya efektif 33 persen terhadap varian India, tiga minggu setelah dosis pertama.
Baca juga: Ketua Satgas IDI Larang Vaksin AstraZeneca untuk Usia 30 Tahun Ke Bawah, Ini Risetnya
Efektivitasnya lebih rendah dibanding efek untuk melawan varian Kent - varian B.1.1.7 yang pertama kali terdeteksi di Inggris -, yang efektivitasnya mencapai 50 persen.
Ini artinya, mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 sangat penting.
Dalam laporan riset yang terbit di jurnal Public Health England, kedua vaksin tersebut kemungkinan lebih efektif dalam mencegah pasien Covid-19 masuk rumah sakit dan kematian.
"Saya semakin yakin bahwa Inggris berada di jalur yang tepat karena data ini menunjukkan bahwa vaksin dua dosis juga efektif melawan varian India. Dan kita semua tahu bahwa vaksin adalah jalan keluar dari ini," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock.
Dilansir dari BBC, Minggu (23/5/2021), vaksin Pfizer efektif 88 persen menghentikan penyakit simptomatik (bergejala) dari varian India dua minggu setelah dosis kedua.
Jika dibandingkan dengan keampuhan melawan varian Kent B.1.1.7, keefektifan Pfizer mencapai 93 persen.
Sementara itu, suntikan vaksin AstraZeneca 60 persen efektif melawan varian India setelah dosis kedua.
Jika dibandingkan dengan varian Kent, keefektifannya 66 persen.
Public Health England (PHE) mengatakan perbedaan efektivitas antara vaksin setelah dua dosis dapat dijelaskan oleh fakta bahwa peluncuran dosis kedua AstraZeneca lebih lambat daripada vaksin Pfizer, yang disetujui lebih dulu.
"Data lain menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai efektivitas maksimum dengan vaksin AstraZeneca," kata PHE.
Sekitar 12.675 kasus sekuensing genom dilibatkan dalam penelitian tersebut, yang berlangsung antara 5 April dan 16 Mei.