Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin AstraZeneca Ditangguhkan Beberapa Negara, Apakah Ini Tepat?

Kompas.com - 17/03/2021, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Dalam beberapa bulan saja, Inggris mencatatkan hasil "spektakuler" untuk menurunkan tingkat penyakit serius di kelompok umur lebih dari 80 tahun.

Pendekatan pragmatis dalam pengambilan keputusan inilah yang juga menyebabkan Inggris merekomendasikan jeda hingga tiga bulan antardosis.

Keputusan Inggris soal jeda ini menimbulkan banyak kontroversi ketika diumumkan akhir Desember silam.

Vaksin Pfizer tidak diuji seperti itu dalam tahap uji klinis. Interval pemberian antardosisnya pun hanya tiga pekan.

Namun, sekali lagi, ketiadaan bukti bukan berarti langkah tersebut tidak akan berhasil atau tidak berdasarkan logika.

Uji coba AstraZeneca memang memiliki interval yang lebih lama untuk beberapa peserta, yang tampaknya membuatnya lebih efektif.

Sementara itu, vaksin Moderna, yang merupakan jenis vaksin yang mirip dengan Pfizer, juga menunjukkan bahwa vaksin itu dapat bekerja efektif.

Ada juga bukti kuat bahwa dalam vaksin dua dosis, sebagian besar perlindungan diberikan oleh dosis pertama. Dosis kedua berperan meningkatkan dan memberikan perlindungan yang lebih tahan lama.

Dengan kasus yang meningkat pesat pada saat kebijakan itu diambil, Inggris jelas ingin memaksimalkan pasokan vaksin yang tersedia. Tujuannya, memberikan perlindungan kepada lebih banyak orang. Itu pilihan logis meski bukti uji klinis tidak secara langsung mendukungnya.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah, Kondisi Apa Itu?

Profesor David Spiegelhalter, seorang pakar yang mendalami risiko dari Universitas Cambridge, menyebut bahwa terkadang Anda harus berani mengambil keputusan.

'Prinsip kehati-hatian bisa menjadi cara yang masuk akal untuk membuat keputusan dalam menghadapi ketidakpastian ilmiah.

"Prinsip ini menyebut kelambanan sebagai cara mengurangi risiko. Tapi, masalahnya, ini bukan waktu yang normal dan kelambanan bisa lebih berisiko daripada pengambilan tindakan," kata dia.

Yang dibutuhkan dalam keadaan seperti ini, menurut Sir David, adalah mencari tahu yang paling mungkin terjadi pada keseimbangan probabilitas.

Proses itu membutuhkan bukti yang dilihat secara langsung dan tidak langsung serta konteks pengambilan keputusannya.

"Membuat keputusan ketika ada ketidakpastian seperti itu sangatlah sulit, tapi terkadang berbahaya untuk menunggu kepastian. Tidak memvaksin orang akan mengorbankan nyawa," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com