"Nah, saat membelok, melambat, disitulah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya terkondensasi dan turun sebagai hujan dengan intensitas tinggi," imbuhnya.
Baca juga: Kenapa Udara Panas Saat Mau Hujan?
Dwikorita menjelaskan, faktor ketiga adalah adanya labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.
Hal ini, kata dia, mengakibatkan peningkatan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.
"Jadi ini, tingkat labilitas dan kebahasan udara yang berpengaruh dalam peningkatan curah huja," tuturnya.
Faktor terakhir adalah adanya daerah pusat tekanan rendah yang terpantau di Australia bagian utara.
Daerah tekanan rendah ini membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa.
"Jadi fenomena yang ada di pulau Jawa ini tadi ada pertemuan-pertemuan akan itu ternyata juga dipengaruhi oleh terbentuknya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara bagian Utara yang berbentuk pola konvergensi di sebagian besar pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan batu jam di sekitar wilayah Jawa bagian barat termasuk Jabodetabek," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.