Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Inhaler dan Stereoid untuk Redakan Asma Berisiko Tulang Rapuh

Kompas.com - 30/10/2020, 12:37 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penggunaan inhaler dan konsumsi tablet steroid untuk mengobati asma, rupanya meningkatkan risiko tulang rapuh, yang bahkan dapat mengakibatkan patah tulang.

Studi yang telah dipubikasikan online di jurnal Throax tersebut, menyebutkan, ketika dosis kumulatif tinggi dan periode pengobatan yang lama, maka akan semakin besar risiko tulang rapuh.

Baca juga: 5 Tips Mudah agar Tulang Sehat dan Tidak Kena Osteoporosis

Melansir Sience Daily, (20/10/2020), asma dialami sekitar 334 juta orang di seluruh dunia. Inhaler dan tablet steroid banyak digunakan untuk meredakan asma. 

Inhaler dan steroid yang diresepkan umumnya untuk pengendalian penyakit asma sedang hingga berat, sementara tablet steroid untuk serangan asma yang parah. Hal ini merupakan rekomendasi pedoman internasional untuk mengobati asma.

Sebenarnya, penelitian mengenai dampak steroid pada kesehatan tulang memang belum terlalu meyakinkan.

Pasalnya, peneliti harus melihat secara terpisah dosis dan jumlah hingga jenis steroidnya, agar dapat menjelaskan lebih lanjut masalah ini.

"Ini sangat penting, karena panduan internasional telah bergeser ke penggunaan steroid inhalasi yang lebih besar untuk asma yang cukup parah, sementara penggunaan tablet steroid juga meningkat," kata para peneliti.

Studi ini menggunakan catatan kesehatan anonim yang dimasukkan ke dalam database GOLD Clinical Practice Research Datalink (CPRD) sebagai perwakilan nasional.

Data tersebut mencakup lebih dari 15,4 juta pasien dari 738 operasi dokter di Inggris yang setara dengan 7% dari populasi Inggris.

Peneliti juga menggunakan data Statistik Episode Rumah Sakit (HES) periode Juli 2018, yang mencatat semua penerimaan rumah sakit di Inggris.

Penggunaan data tersebut untuk mengidentifikasi semua orang dewasa dengan asma yang didiagnosis antara April 2004 hingga Desember 2017, dan juga yang menderita osteoporosis atau patah tulang rapuh.

Baca juga: 4 Mitos Osteoporosis, dari Penyebab hingga Faktor Usia

Kemudian pasien-pasien mulai dicocokkan dengan setidaknya empat pasien yang usia dan jenis kelamin sama dari praktik umum yang sama, tetapi tidak mengalami osteoporosis atau patah tulang.

Para peneliti juga memeriksa pasien yang diberi setidaknya satu dosis bifosfonat, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah hilangnya kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis, serta suplemen vitamin D dan kalsium untuk memperkuat tulang.

Catatan tersebut untuk menemukan faktor lain yang mungkin memengaruhi kepadatan tulang, seperti merokok, berat badan, dan asupan alkohol.

Jumlah resep yang diisi digunakan untuk menentukan jumlah dan durasi pengobatan steroid selama 12 bulan, yang mengarah ke diagnosis osteoporosis atau patah tulang rapuh.

Analisis semua data menunjukkan hubungan yang jelas antara dosis kumulatif dan jumlah pemberian tablet inhalasi atau steroid dan risiko osteoporosis atau patah tulang rapuh.

Dua hingga tiga resep tablet steroid dalam 12 bulan sebelumnya dikaitkan dengan kemungkinan osteoporosis yang lebih besar.

Mereka yang diberi 9 resep atau lebih dan dosis kumulatif 2500 mg atau lebih memiliki risiko lebih dari 4 kali lipat dibanding mereka yang tidak diresepkan obat ini - setelah memperhitungkan faktor-faktor yang berpotensi berpengaruh.

Mereka juga dua kali lebih mungkin untuk mengalami patah tulang karena tulang rapuh.

Demikian pula, mereka yang diberi 11 resep atau lebih untuk steroid hirup, 60% lebih mungkin menderita osteoporosis dan 31% lebih mungkin mengalami patah tulang karena rapuh daripada yang tidak diresepkan obat ini.

Pasien yang diberi dosis kumulatif lebih dari 120 mg pada tahun sebelumnya, memiliki kemungkinan 20% lebih besar untuk mengalami patah tulang karena kerapuh.

Baca juga: Obat Osteoporosis Justru Bikin Tulang Rapuh?

Menurut peneliti, pedoman tentang asma belum sepenuhnya mencakup pengelolaan penyakit penyerta tulang dan tidak ada pedoman perlindungan khusus yang diberikan untuk tulang.

Hasil penelitian yang merupakan studi observasional tersebut menunjukkan, bahwa risiko dan pencegahan osteoporosis dan patah tulang rapuh harus ditangani secara eksplisit dalam pembaruan pedoman mengatasi asma di masa mendatang.

Para peneliti mengakui, bahwa Inhaler mungkin sulit digunakan dengan benar, sehingga dosisnya yang dipakai tak sesuai dengan seharusnya. Analisis mereka juga bergantung pada resep dan bukan kepatuhan yang sebenarnya.

Namun demikian, mereka menyimpulkan, baik steroid maupun inhalasi dikaitkan dengan peningkatan risiko osteoporosis pada orang dengan asma. Penggunaan obat-obatan tersebut harus dijaga seminimal mungkin untuk mengobati gejala.

Jika ada gejala yang telah ditangani dengan baik, tentunya diperlukan untuk menurunkan dosis.

Peneliti menambahkan, bahwa dokter harus mempertimbangkan pengobatan bifosfonat tambahan untuk melindungi kesehatan tulang pasien agar tidak mudah rapuh.

Baca juga: Badai Petir Bisa Memicu Serangan Asma yang Parah, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com