Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Dampak Karbon Dioksida pada Bumi 30 Juta Tahun Lalu

Kompas.com - 09/09/2020, 19:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Mempelajari misteri Bumi di masa lalu terus menjadi fokus para ilmuwan dan peneliti dunia. Salah satunya perubahan iklim Bumi dan dampaknya di masa kini.

Peneliti meyakini bahwa dengan mempelajari perubahan iklim Bumi di masa lalu secara geologis, maka pemanasan global di abad-abad mendatang dapat diprediksi dengan lebih baik.

Seperti yang dilakukan para pakar dari Jerman, Amerika Serikat dan Inggris, termasuk dari University of Southampton, yang mencoba meneliti lebih dalam tentang perubahan iklim Bumi di masa lalu.

Studi yang telah diterbitkan di jurnal Nature Communications ini, telah mengamati lebih dekat iklim selama periode Zaman Eosen lebih dari 30 juta tahun yang lalu. Saat itu, suhu global berkisar 14 derajat Celcius, lebih hangat dari hari ini.

Baca juga: Mangrove Indonesia Bisa Serap dan Simpan Karbon Dioksida Global

Dikutip dari Phys, Rabu (9/9/2020), para peneliti menemukan bahwa pengaruh karbon dioksida (CO2) di atmosfer Bumi yang hangat bisa lebih besar dampaknya dari yang diperkirakan sebelumnya.

Untuk diketahui zaman Eosen terjadi antara 56 juta tahun dan 34 juta tahun yang lalu.

Sepanjang zaman Eosen, iklim justru mendingin secara dramatis dan zaman berakhir dengan transisi iklim rumah es yang dialami Bumi saat ini, dengan glasiasi Antartika.

Hingga saat ini, belum jelas bagaimana perkembangan iklim dan karbon dioksida berperan selama periode tersebut.

Baca juga: Seberapa Dingin Bumi di Zaman Es Terakhir? Ini Penjelasan Peneliti

Studi model iklim terbaru menunjukkan iklim menghangat lebih sensitif terhadap perubahan CO2 daripada iklim dingin.

Hal ini bisa menjadi sangat penting bagik iklim masa depan Bumi, sebabkarbon dioksida terus meningkat dan planet ini terus memanas.

Dalam studi baru ini, para ilmuwan dari GEOMAR Helholtz Centre for Ocean Research di Kiel, Jerman dan University of Southampton, serta beberapa perguruan tinggi lainnya.

Evolusi iklim dari dampak CO2

Lebih lanjut dari penelitian ini menjelaskan bahwa dari kesamaan air permukaan (pH) dan perkiraan keadaan saturasi kalsit lautan, peneliti menghitung bagaimana karbon dioksida di atmosfer berevolusi selama zaman Eosen.

Ilustrasi perubahan iklimShutterstock Ilustrasi perubahan iklim

Data yang digunakan tersebut diperoleh dengan mempelajari komposisi isotop boron cangkang fosil planton laut purba pada masa Eosen, dan data tersebut dikumpulkan melalui ekspedisi oleh International Ocean Discovery Program (IODP).

Catatan CO2 ini memberikan pandangan baru tentang evolusi iklim zaman Eosen. Selain itu, memberi bukti kuat hubungan antara tingkat karbon dioksida dan keadaan iklim yang menghangat.

Studi ini mengungkapkan bagaimana vulkanisme, pelapukan batuan, dan penguburan bahan organik memengaruhi konsentrasi alami CO2 dan iklim.

Peneliti juga mengungkapkan bahwa Bumi lebih sensitif terhadap perubahan CO2 selama awal zaman Eosen, ketika iklim paling hangat.

Baca juga: Pada 2025, Level Karbon Dioksida di Atmosfer Bisa Cetak Rekor Tertinggi

Dr. Tali Babila, peneliti pasca doktoral dari University of Southampton mengatakan studi ini dilakukan dengan menggunakan spektrometer massa dan laboratorium bersih yang bertempat di Geochemistry Group di School of Ocean and Earth Sciences.

"Hanya dengan menggunakan kit terkemuka di dunia ini, kami dapat mengukur sejumlah kecil boron di foraminifera dengan akurasi yang diperlukan," kata Dr Babila.

Lebih lanjut Dr Babila mengatakan studi ini telah menunjukkan bahwa iklim menjadi lebih sensitif, seperti saat zaman Eosen.

"Langkah selanjutnya adalah mencari tahu mengapa ini terjadi dan memastikan perilaku tersebut terwakili dengan baik dalam model iklim yang biasa digunakan untuk memprediksi masa depan kita," lanjut Dr Babila.

Baca juga: Terobosan Besar, Ilmuwan Kembalikan Karbon Dioksida Jadi Batu Bara

Profesor Gavin Foster, pakar isotop geokimia dari ilmu kelautan dan Bumi di University of Southampton mengatakan metode ini memungkinkan kita untuk mendapat wawasan unik tidak hanya tentang bagaimana sistem iklim bervariasi di masa lalu.

"Memang, kemampuan ini secara akurat merekonstruksi CO2 atmosfer di masa lalu yang berarti kita dapat menentukan sensitivitas iklim jutaan tahun yang lalu,

Studi ini memberikan tes pemahaman yang kuat yang dikemas dalam model iklim mutakhir yang merupakan kunci untuk memprediksi pemanasan Bumi di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com