Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Mengapa Donasi Susu Formula Saat Pandemi Covid-19 Berbahaya?

Kompas.com - 10/08/2020, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Karleen Gribble dan Andini Pramono

LANGKAH sejumlah lembaga publik dan swasta di Indonesia memberikan donasi susu formula untuk bayi yang terdampak pandemi Covid-19 berpotensi memunculkan bahaya baru.

Donasi formula pada masa darurat hampir selalu menyebabkan bahaya karena menurunkan angka menyusui dan meningkatkan kasus infeksi. Pemberian susu formula juga menempatkan bayi pada situasi bahaya pangan karena tidak tersedianya sumber pangan yang berkelanjutan.

Masalahnya, produsen dan distributor formula melihat pandemi ini sebagai peluang. Mereka memberikan informasi yang kurang tepat terkait keamanan menyusui pada masa pandemi dan mendistribusikan bantuan formula.

Langkah mereka jelas bertentangan dengan Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti Air Susu Ibu (ASI) yang dikeluarkan WHO pada 1981.

Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia telah meminta negara-negara anggota untuk menghentikan praktik pemasaran yang tidak etis dan donasi formula yang berbahaya ini.

Bencana dan susu formula

Pada masa normal saja, susu formula membawa banyak risiko terhadap kesehatan bayi. Risiko ini akan semakin meningkat pada kondisi darurat karena akses air bersih dan listrik terbatas (misalnya saat terjadi gempa bumi dan tsunami) atau keterbatasan ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19 sehingga menyulitkan orang tua membeli formula.

Dalam peristiwa gempa bumi di Yogyakarta pada 2006, misalnya, donasi formula untuk bayi menyebabkan kasus penyakit diare meningkat dua kali lipat pada bayi yang menerima bantuan formula.

Keluarga termiskin mendapat dampak terburuk karena muncul ketergantungan baru pada susu olahan pabrik dan tidak tersedianya akses air bersih dan listrik untuk memanaskan air pencampur formula.

Dalam panduan pemberian makanan bayi pada situasi darurat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa menyusui merupakan pemberian makan bayi yang aman dan terjamin, serta pemberian formula harus dilakukan dengan hati-hati.

Dalam situasi normal, susu formula baru bisa digunakan jika ada indikasi medis yang telah diatur oleh WHO, misalnya pada bayi dengan penyakit galaktosemia atau bayi dengan penyakit urin sirup mapel (maple syrup urine disease) yang membutuhkan susu formula khusus.

Sesuai dengan Panduan Pemberian Makanan Bayi dan Anak pada Masa Darurat terbitan WHO, dan telah diadopsi oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, bantuan menyusui sangat direkomendasikan, seperti bantuan makanan bergizi untuk ibu menyusui dan bantuan konseling psikologis.

Pada kondisi bayi tidak disusui oleh ibunya, perlu diketahui kemungkinan ibu untuk kembali menyusui (relaktasi), mencari ibu susu dan donor ASI perah sesuai dengan konteks budaya setempat.

Manfaat dari menyusui di situasi darurat

Menyusui merupakan hal penting bagi bayi pada setiap masa, namun menjadi lebih penting saat masa darurat seperti pandemi Covid-19.

Sebuah riset menunjukkan melalui menyusui, bayi tercukupi kebutuhan dan keamanan makanan dan minumannya, dan perlindungan dari infeksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com