Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Kali Pertama, Pasien Covid-19 Menerima Transplantasi Paru-paru

Kompas.com - 14/06/2020, 19:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Pasien Covid-19 berusia 20 tahunan di AS menjadi yang pertama menerima transplantasi paru. Hal ini dilakukan karena paru-parunya rusak akibat virus corona SARS-CoV-2.

Dilansir Live Science, Jumat (12/6/2020), perempuan itu telah menghabiskan enam minggu menjalani perawatan di unit perawatan intensif Northwestern Memorial Hospital, Chicago karena Covid-19 parah.

Pasien itu harus menggunakan ventilator dan mesin oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) untuk menjaga jantung dan paru-paru tetap berfungsi.

Pada awal Juni, paru-parunya menunjukkan kerusakan parah. Ia kemudian didaftarkan untuk mendapat transplantasi paru-paru ganda.

Baca juga: BMKG Ungkap Pengaruh Cuaca terhadap Penyebaran Covid-19 di Indonesia

Prosedur transplantasi paru-paru ganda adalah mengganti kedua paru-paru dengan yang sehat dari pendonor yang telah meninggal. Menurut Harvard Medical School, prosedur ini pertama kali dilakukan pada 1960-an.

Transplantasi paru memang mampu meningkatkan kelangsungan hidup dari waktu ke waktu. Namun menurut peneliti Harvard, prosedur transplantasi paru lebih berisiko dibanding transplantasi ginjal atau jantung.

Nah, transplantasi paru-paru untuk menolong pasien Covid-19 baru pertama kali dilakukan.

Sebelum perempuan tersebut menerima prosedur transplantasi paru, hasil tes Covid-19 miliknya harus negatif.

Menurut Mayo Clinics, tranplantasi paru tidak diberikan ke pasien yang positif terinfeksi suatu penyakit. Sebab, ketika pasien terinfeksi suatu penyakit maka konsumsi obat akan menekan sistem kekebalan pasca operasi.

"Dia merupakan pasien Covid-19 dengan kondisi paling parah di ICU atau mungkin di seluruh rumah sakit (AS)," kata Dr. Beth Malsin, spesialis paru dan perawatan kritis di Northwestern Memorial Hospital dalam sebuah pernyataan.

"Tak jarang tim kami harus segera melakukan oksigenasi dan memastikan organ-organ lain tetap sehat untuk mendukung tranplantasi. Hal ini dilakukan baik siang dan malam," imbuh Beth.

"Momen paling membahagiakan adalah ketika hasil tes Covid-19 negatif. Itu tanda pertama bagi kami yang menunjukkan virus di tubuhnya sudah bersih dan bisa melakukan transplantasi," ungkap Beth.

Operasi transplantasi paru memakan waktu selama 10 jam.

"Ini lebih lama dari biasanya, karena peradangan yang disebabkan oleh Covid-10 memengaruhi jaringan di sekitarnya seperti jantung, dinding dada, dan difragma," kata Dr. Ankit Bharat, kepala bedah toraks dan direktur bedah program transplantasi paru di Northwester Medicine kepada New York Times.

Kerusakan paru-paru pada perempuan itu, dikatakan Bharat, adalah salah satu yang terburuk yang pernah dilihatnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com