Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Beberkan Cara Virus Corona Menyebar dalam Pesawat

Kompas.com - 10/06/2020, 12:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Di tengah pandemi Covid-19, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menghapus aturan batasan jumlah penumpang sebesar 50 persen dari total kapasitas angkut.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengatakan, pesawat kini bisa mengangkut penumpang berkisar 70 hingga 100 persen dari kapasitas angkut, bergantung dari jenis armadanya.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena dalam tempat tertutup seperti pesawat, virus corona akan mudah menyebar.

Baca juga: New Normal, Bagaimana Menjaga Kabin Pesawat Bersih dari Covid-19?

Bahkan Direktur Eijkman Institute of Molecular Biology, Prof Amin Soebandrio, mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 di Indonesia traveling terlebih dahulu ke Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, dan Australia. Pesawat udara adalah moda transportasinya.

Virus SARS-CoV-2, sama halnya dengan penyakit pernapasan lainnya, ditularkan melalui dahak (droplet) atau cairan tubuh lainnya. Oleh karena itu, World Health Organization (WHO) merekomendasikan masyarakat untuk menjaga jarak setidaknya dua meter, mengenakan masker, dan selalu mencuci tangan.

Namun, di pesawat, virus akan lebih sulit untuk dihindari karena gerakan spontan penumpang dan kemungkinan virus menempel di permukaan benda dalam jangka waktu yang lama, mulai dari bangku, tray untuk makan, pegangan kursi, sampai gagang pintu toilet.

Penyebaran virus di pesawat

Mengutip National Geographic, Rabu (10/6/2020), WHO telah memberikan rekomendasi untuk mengosongkan dua baris antarpenumpang di pesawat. The New England Journal of Medicine menyebutkan, kriteria yang ditetapkan WHO ini berhasil mengurangi risiko penularan SARS yang mewabah beberapa waktu lalu sebanyak 45 persen.

Namun, di pesawat, penumpang kerap tidak diam di bangkunya. Ada yang melakukan peregangan kaki, mengambil majalah dari bangku di depannya, atau berjalan ke toilet.

Terinspirasi dari kebiasaan tersebut, sekelompok peneliti kesehatan masyarakat mempelajari pergerakan acak penumpang dan risikonya terinfeksi penyakit.

Baca juga: Ada Banyak Risiko Kesehatan di Pesawat, Ini Kiat Sehat Selama Terbang

FlyHealthy Research Team, begitu nama kelompok peneliti tersebut, mengobservasi perilaku penumpang dan kru kabin dari 10 rute dari Amerika Serikat dengan rentang waktu 3,5 hingga 5 jam penerbangan.

Observasi tersebut tak hanya dilakukan untuk mengamati perilaku penumpang, tetapi juga bagaimana perilaku tersebut berefek pada penumpang lainnya karena kontak fisik. Para peneliti ingin mengestimasi sebanyak apa kedekatan fisik yang menimbulkan transmisi penyakit di dalam penerbangan.

“Misal Anda duduk di kursi bagian gang (aisle) dan saya berjalan ke toilet. Kita akan berada di dalam jarak yang dekat, sekitar satu meter. Jika saya terinfeksi, saya bisa mentransmisikan penyakit tersebut kepada Anda,” tutur Howard Weiss, Profesor Biologi dan Matematika di Penn State University.

Ilustrasi penumpang pesawat menutupi hidung saat bersinSHUTTERSTOCK/MATEJ KASTELIC Ilustrasi penumpang pesawat menutupi hidung saat bersin

Studi yang dilakukan pada 2018 tersebut membuktikan bahwa mayoritas penumpang meninggalkan bangkunya untuk dua hal, yaitu berjalan ke toilet atau mengecek tempat penyimpanan barang di atas kepala.

Sebanyak 38 persen penumpang meninggalkan bangkunya setidaknya sekali. Sementara itu, sebanyak 24 persen penumpang meninggalkan bangku lebih dari sekali.

Sisanya, sebanyak 38 persen penumpang tidak beranjak dari bangkunya sama sekali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com