Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Hadapi New Normal, Waspada Rasa Aman Palsu dari Penggunaan Masker

Kompas.com - 10/06/2020, 07:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saat ini, penelitian tentang masker terus bertambah. Studi telaah sistematis dan meta-analisis terbaru yang dipublikasikan di The Lancet menyebutkan penggunaan masker berpotensi menurunkan risiko penularan Covid-19, MERS, dan SARS.

Walaupun demikian, peneliti menyatakan bahwa temuan ini masih terus harus diuji dan bersifat sebagai pedoman sementara sampai ditemukan bukti baru yang lebih kuat.

Selain studi efektivitas, pada awal pandemi sempat ada ketakutan kekurangan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan akibat keterbatasan suplai dan penimbunan. Hal itu kini bukan lagi masalah sejak produksi masker medis ditingkatkan dan masker kain non-medis dipopulerkan sebagai intervensi yang mudah dan murah. Malah kebijakan masker kain ini turut menggerakkan roda ekonomi.

Potensi masalah yang kini lebih perlu diperhatikan adalah pemakaian masker yang tidak benar sehingga meningkatkan risiko kontaminasi. Selain itu, ada kekhawatiran timbulnya rasa aman palsu sehingga orang mengabaikan upaya perlindungan lainnya.

Padahal, risiko penularan mungkin tetap terjadi jika banyak orang malah enggan mencuci tangan dan menjaga jarak fisik karena telah merasa aman hanya dengan memakai masker.

Rasa aman palsu

Sesungguhnya keputusan Kementerian Kesehatan RI untuk sosialisasi masker bagi publik adalah langkah yang baik. Masyarakat kita pun termasuk cepat mengadopsi tren tersebut walau pada tahap awal sempat dibuat bingung oleh pernyataan pejabat yang simpang siur.

Setelah sekitar dua bulan kampanye #maskeruntuksemua, pemakaian masker menjadi semakin umum.

Namun pada saat yang sama, kita juga semakin sering melihat orang-orang yang memakai masker sambil berkerumun di jalanan, antri berdekatan dan marah jika ditegur, heboh berbelanja di mal, bahkan ramai-ramai menyalakan lilin di depan McDonald Sarinah saat ada acara penutupan toko makanan cepat saji tersebut 10 Mei lalu. Padahal saat itu Jakarta masih berstatus PSBB.

Dengan dilonggarkannya PSBB, mobilitas warga meningkat sehingga jaga jarak fisik tidak selalu diterapkan. Itulah mengapa masker semakin gencar dikampanyekan untuk menghadapi normal baru.

Akan tetapi, sampai vaksin ditemukan, penggunaan masker tetap harus dilakukan bersama dengan berbagai upaya lain. Jangan sampai karena sudah memakai masker, masyarakat lantas abai untuk jaga jarak fisik, cuci tangan, serta menjaga daya tahan tubuh secara umum.
Pakai masker dengan benar

Masyarakat Indonesia kerap tidak menyadari filosofi suatu tindakan. Misalnya, penjual kue menggunakan sarung tangan plastik untuk memegang makanan dan menerima uang dari pembeli.

Tindakan ini jelas keliru. Jika si penjual memahami prinsip kontaminasi, ia mestinya hanya memakai sarung tangan saat memegang makanan dan melepaskannya ketika memegang uang atau benda lainnya.

Demikian pula dalam pemakaian masker. Walaupun menjadi tren, masih banyak orang memakai masker sembarangan. Misalnya masker yang tidak menutupi hidung atau digantung di bawah dagu. Ada juga orang yang justru membuka maskernya ketika mengobrol.

Kesalahan dalam bermasker bahkan sering dilakukan oleh figur publik. Tidak jarang pejabat dan selebritas melakukannya di ranah publik atau media yang disaksikan masyarakat luas.

Masker memang kadang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Akan tetapi, dalam situasi seperti ini, hal tersebut semestinya tidak menjadi pembenaran. Justru masyarakat perlu selalu diingatkan dan dijelaskan untuk mengenakan maskernya dengan benar.
Upaya simultan

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com