Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Corona: Emisi Karbon Global Turun Ekstrem, Krisis Iklim Masih Mengancam

Kompas.com - 22/05/2020, 20:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Lockdown atau penguncian yang dilakukan sejumlah negara besar di dunia untuk menekan penyebaran virus corona menyebabkan pengurangan emisi karbon global secara ekstrem.

Kendati demikian, kondisi ini tidak akan bertahan lama, tim ilmuwan internasional menganalisis kembali beroperasinya industri seiring dibukanya lockdown, akan mendorong tingkat polusi dengan cepat.

Melansir Futurism, Jumat (22/5/2020), studi dilakukan para akademisi di University of East Anglia, menunjukkan emisi harian berkurang hingga 17 persen selama lockdown di masa pandemi virus corona.

"Pengurungan populasi telah menyebabkan perubahan drastis dalam penggunaan energi dan emisi CO2," Corinne Le Quéré, profesor di University of East Anglia, dan penulis utama makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change.

Baca juga: Pandemi Corona Belum Usai, Emisi Karbon Berpotensi Jadi Pandemi Baru

Perubahan emisi karbon yang paling signifikan yakni terjadi di China, Amerika Serikat dan Eropa.

Penurunan ini sangat besar, sehingga akan menempatkan negara-negara di dunia pada pencapaian target untuk mencapai tujuan iklim sejalan dengan yang diamanatkan dalam Perjanjian Paris PBB.

Polusi nitrogen dioksida di atas China turun, hasil citra satelit Sentinel-5P milik ESA. Perbandingan polusi pada Januari 2020 dan Februari 2020.Joshua Stevens/Copernicus Sentinel 5P/ESA Polusi nitrogen dioksida di atas China turun, hasil citra satelit Sentinel-5P milik ESA. Perbandingan polusi pada Januari 2020 dan Februari 2020.

Baca juga: Berkat Virus Corona, Udara Dunia Terbukti Lebih Bersih dan Minim Polusi

Penurunan polusi udara global hanya sementara

Kendati para ilmuwan mencatat penurunan polusi global turun hingga 17 persen, namun kondisi ini hanya sementara.

Sebab, polusi udara akan kembali terdorong ke level tinggi seiring dengan dibukanya lockdown atau penguncian dan pembatasan sosial yang dilakukan sejumlah negara.

Selama penurunan emisi karbon pada puncak pengurungan pada awal April lalu, sedikitnya 17 juta ton karbon dioksida yang terkandung dalam polusi udara global berkurang.

Pengurangan ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata level harian pada tahun 2019, seperti dilansir dari The Independent.

 

Emisi karbon harian dunia data terakhir menunjukkan penurunan yang sangat rendah, pernah terjadi pada tahun 2006 lalu.

Namun, pelonggaran hingga dibukanya penguncian wilayah akan menyebabkan emisi karbon kembali ke tingkat tinggi. Berikut sektor-sektor penyumbang emisi karbon penyebab polusi global.

1. Emisi karbon mobil

Menurut ilmuwan, yakni kontribusi emisi dari transportasi yang cukup tinggi terhadap polusi udara. Kendaraan bermotor, yang menyumbang hampir setengah, yakni 43 persen, dari penurunan emisi global selama puncak lockdown pada 7 April.

Baca juga: Hari Bumi di Tengah Pandemi Corona, Polusi Udara di Indonesia Menurun

2. Emisi karbon industri

Sementara itu, emisi karbon dari industri dan pembangkit listrik bersama-sama menyumbang 43 persen dari penurunan yang diukur.

Ketika lockdown dibuka, lalu lintas dan industri kembali beroperasi, maka emisi karbon yang dilepas di lingkungan juga akan kembali naik, demikian juga dengan emisi gas rumah kaca yang merusak.

Ilustrasi polusi kendaraan, asap mobilSHUTTERSTOCK/ssuaphotos Ilustrasi polusi kendaraan, asap mobil

Baca juga: Dampak Pandemi Virus Corona pada Lingkungan, Polusi Udara Global Turun

3. Emisi karbon penerbangan

Industri penerbangan paling terkena dampak ekonomi dengan adanya penguncian atau lockdown.

Sektor transportasi ini hanya menyumbang 3 persen emisi karbon global, atau 10 persen dari penurunan total emisi selama pandemi corona.

 

Analisis kebijakan pengurungan pemerintah

Le Quéré menambahkan penurunan ekstrem dari polusi global ini cenderung bersifat sementara, sebab tidak mencerminkan perubahan struktural dalam sistem ekonomi, transportasi maupun energi.

"Sejauh mana para pemimpin dunia mempertimbangkan perubahan iklim ketika merencanakan respons ekonomi setelah Covid-19 akan memengaruhi jalur emisi CO2 global selama beberapa dekade mendatang," kata dia.

Tim ilmuwan juga menganalisa kebijakan pemerintah tentang pengurungan untuk 69 negara yang bertanggung jawab atas 97 persen dari semua emisi karbon global.

Baca juga: Ahli: Bencana Besar Emisi Karbon 2070 Bisa Picu Migrasi Masif Global

Pada puncak lockdown, wilayah yang bertanggung jawab atas 89 persen emisi CO2 global berada di bawah beberapa tingkat pembatasan.

Data kegiatan yang mengindikasikan seberapa besar masing-masing sektor ekonomi dipengaruhi oleh pandemi ini, kemudian digunakan untuk memperkirakan perubahan emisi CO2 fosil untuk setiap hari dan tiap negara dari Januari hingga April 2020.

Perkiraan total perubahan emisi karbon dari pandemi corona berjumlah 1.048 ton karbon dioksida (MtCO2) hingga akhir April.

Baca juga: PBB: Perubahan Iklim Harus Dilawan seperti Pandemi Virus Corona

Berdasarkan jumlah itu, perubahan terbesar terjadi di China, di mana selama masa lockdown, penurunan emisi karbon mencapai 242 MtCO2, kemudian Amerika Serikat dengan penurunan 207 MtCO2, Eropa sebesar 123 MtCO2 dan India mencapai 98 MtCO2.

Para penulis juga mendesak paket stimulus ekonomi tidak boleh sampai membuat emisi karbon masa depan lebih tinggi dengan menunda New Green Deals atau upaya melemahkan standar emisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com