Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/04/2020, 13:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Dunia tengah melawan pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19. Namun, tak hanya wabah, PBB juga memperingatkan bahaya yang sama dari dampak perubahan iklim.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB mengatakan, sudah waktunya untuk meratakan kurva perubahan iklim. Sebab, dampak perubahan iklim ini di Bumi akan mencapai puncaknya dalam lima tahun terakhir.

Tren rekor terpanas planet ini diperkirakan akan terjadi dalam lima tahun mendatang.

Melansir Science Alert, Senin (27/4/2020), WMO mencatat, tingkat karbon dioksida di stasiun pengamatan global, mencapai sekitar 26 persen, lebih tinggi daripada tahun 1970.

Baca juga: Dampak Nyata Perubahan Iklim, Frekuensi Hujan Ekstrem di Jakarta Meningkat

Sedangkan rata-rata suhu global telah meningkat sebesar 0,86 derajat celsius pada saat itu. Suhu saat ini juga 1,1 derajat celsius lebih hangat dari era pra-industri.

Organisasi PBB ini juga mengatakan krisis Covid-19 memperburuk dampak sosial ekonomi dari perubahan iklim.

Salah satu contohnya wabah virus corona ini telah membuat orang lebih sulit aman dari badai tropis.

Kendati demikian, program pemantauan iklim WMO telah mencatat pengurangan polutan utama, penurunan polusi udara dan peningkatan kualitas udara sebagai dampak dari penurunan industri selama pandemi virus corona ini.

Baca juga: Dampak Pandemi Virus Corona pada Lingkungan, Polusi Udara Global Turun

"Kami memperkirakan akan ada penurunan enam persen dari emisi karbon pada tahun ini. Karena kurangnya emisi transportasi dan dari produksi energi industri," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.

Akan tetapi, Taalas mengatakan, penurunan polusi udara ini hanya akan bersifat sementara dan dalam kasus yang paling mungkin akan kembali normal pada tahun depan.

Stimulus setelah pandemi virus corona

Taalas menambahkan, kegagalan untuk mengatasi perubahan iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia, ekosistem, dan ekonomi selama beraba-abad yang akan datang.

"Kita perlu meratakan, kurva pandemi (virus corona) dan perubahan iklim. Kita juga perlu menunjukkan tekad yang sama terhadap perubahan iklim, seperti terhadap Covid-19," kata dia.

Polusi udara di China dari citra satelit NASANASA via BBC Polusi udara di China dari citra satelit NASA

Aktivis iklim Swedia Greta Thunberg telah menggemakan sentimen selama pembicaraan di Stockholm dan menekankan perlunya menangani dua krisis sekaligus.

Dia mengatakan, perubahan iklim adalan ancaman langsung, bahkan jika itu mungkin tidak secepat virus corona. Namun, masih akan berdampak pada dunia.

Dengan laporan tingkat rekor konsentrasi karbon dioksida di stasiun pemantauan tersebut, WMO mengatakan ini sangat penting.

Baca juga: Virus Corona China Beri Dampak Tak Terduga pada Lingkungan, Apa Saja?

"Krisis ekonomi sebelumnya sering diikuti oleh pemulihan terkait dengan pertumbuhan emisi yang jauh lebih tinggi daripada sebelum krisis," kata WMO.

Organisasi PBB yang memantau perubahan iklim dunia ini menilai, stimulus perlu diberikan pascapandemi virus corona dalam membantu ekonomi untuk tumbuh kembali dengan cara yang lebih hijau. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com